Tools Kecerdasan Bagian #3 : Multiple Intelligence Research (MIR)

Tools Kecerdasan Bagian #3 : Multiple Intelligence Research (MIR)

Tools yang ketiga adalah Multiple Intelligence Research (MIR), yaitu sebuah riset untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan seorang anak. MIR adalah hasil pengembangan teori Multiple Intelligence yang dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog modern pada tahun 1983 di Harvard University. Gardner mengatakan bahwa kita, sebagai orang tua atau guru jangan terburu-buru mengatakan seorang anak lemah, bodoh dan tidak mampu. Karena ternyata setiap manusia memiliki banyak kecenderungan kecerdasan. Dan setiap kecenderungan kecerdasan akan menjadi potensi bakat anak-anak.

MIR adalah alat riset yang akan mengetahui potensi setiap kecerdasan anak. Karena kecerdasan seorang anak tidak dapat dinilai dari alat tes apa pun. Penelitian terbaru mengatakan bahwa kecerdasan seorang anak dapat diketahui dari kebiasaan anak tersebut. Kebiasaan adalah perilaku yang diulang-ulang. Kebiasaan untuk teknik ini bersumber pada dua hal, yaitu bagaimana anak terbiasa kreatif dan bagaimana anak terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri.

MIR diriset sejak tahun 2000-2002 untuk mengukur kecenderungan kecerdasan seseorang yang berada di Indonesia. Pada 2003 MIR pertama kali diumumkan dan pada 11 September 2007 didaftarkan hak ciptanya. Akhirnya Surat Hak Cipta disetujui dan dikeluarkan pada 25 Maret 2009 dengan nomor hak cipta C10200700017.

Hasil MIR yang merupakan hasil riset dan bukan seketika, terdiri atas 2 bagian besar :

  1. Melaporkan kondisi kecenderungan kecerdasan seseorang, mulai yang dominan sampai yang rendah. Laporan ini secara mudah didesain dalam bentuk tabel dan grafik dengan poin skala 1 sampai 5.
  2. Menunjukkan aktivitas yang disarankan, baik untuk siswa sendiri, guru dan orang tua.

Hasil MIR, jika diaplikasikan akan menjadi laporan yang hidup, tidak mati menjadi lembaran-lembaran data yang tersimpan di lemari arsip sampai berdebu. Hasil MIR untuk setiap responden atau siswa dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik dengan skala nilai 1-5. Nilai median yang ditentukan adalah 2,5. Artinya, kecenderungan kecerdasan responden yang dominan didefinisikan di atas nilai median, yaitu di atas nilai 2,5. Dari database hasil MIR, ditemukan banyak responden yang memiliki kecenderungan kecerdasan dominan pada semua kecerdasan. Namun, ada juga yang hanya memiliki satu kecerdasan yang dominan. Contoh tabel dan grafik kecerdasan, bisa dilihat di bawah ini.

Sumber : Buku Semua Anak Bintang, Munif Chatib Hal. 15

 

Sumber : Buku Semua Anak Bintang, Munif Chatib Hal. 16

 

Idealnya MIR dilakukan setiap satuan waktu tertentu. Dalam dunia pendidikan, MIR idealnya dilakukan setiap tahun ajaran. Sebab, hasil MIR seorang anak  ada kemungkinan berubah-ubah pada setiap tahunnya. Apabila secara rutin seorang anak melakukan MIR setiap tahunnya, anak tersebut akan punya semacam riwayat kecerdasan. Dari hasil analisis statistik yang dilakukan penulis sejak tahun 2002-2009 dapat disimpulkan bahwa hasil MIR anak usia 2-8 tahun (golden age) kebanyakan berubah-ubah. Sementara untuk anak usia 9 tahun ke atas, terdapat informasi yang statis tentang kecenderungan kecerdasannya.

Hasil MIR pun bukan bidang studi. Nilai yang menunjukkan kecenderungan kecerdasan anak pada hasil MIR bukan menunjukkan kemampuan anak terhadap suatu bidang studi. Kerancuan ini sebenarnya disebabkan karena redaksional saja. Jadi, anak yang  kecenderungan kecerdasan matematis logisnya rendah, bukan berarti anak tersebut tidak menyukai atau mempunyai nilai rapor bidang studi matematikanya rendah. Demikian pula sebaliknya.

Hasil MIR memiliki konsep IPSATIVE (penilaian dilakukan dengan mengukur perkembangan siswa berdasar data sebelum dan sesudah proses pembelajaran) bukan peringkat. Artinya, nilai-nilai yang terdapat dalam kecenderungan kecerdasan anak harus diartikan sebagai nilai kuantitatif dibandingkan dengan kecenderungan kecerdasan yang lain pada anak yang sama.

Hasil MIR bisa bermanfaat buat banyak orang. Bagi guru atau pembimbingnya, MIR bisa digunakan untuk

  1. Mengetahui gaya belajar siswa,
  2. Membagi kelas (class mapping) dan
  3. mendesain metode mengajar dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Sedangkan bagi orang tua, hasil MIR akan memberikan informasi mengenai beberapa hal penting, yaitu

  1. Mengetahui potensi kecerdasan anaknya, sehingga memiliki keyakinan bahwa anaknya adalah anak yang pandai dan berpotensi.
  2. Mengetahui bakat-bakat terpendam anak, yang diharapkan bisa dikembangkan.
  3. Mengetahui cara dan pola pendekatan komunikasi kepada anak-anaknya.
  4. Mengetahui kegiatan-kegiatan kreatif yang disarankan dilakukan bersama anak-anaknya.
  5. Mengetahui jenis-jenis permainan yang sesuai dengan kecenderungan kecerdasan anaknya sehingga dapat terus mengembangkan lebih baik.

Ada beberapa bukti manfaat MIR untuk meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan buah hati berdasarkan beberapa hasil penelitian yang menggunakan metode ini. Di antaranya yaitu penelitian yang dilakukan Arfan Rifqi Fauzi yang berjudul “Implementasi Multiple Intelligence Research(MIR) dalam Pengelompokan Kelas dan Pembelajarannya (Studi Kasus di MIM PK Kartasura) Tahun Ajaran 2015/2016” yang menghasilkan kesimpulan bahwa setiap anak memungkinkan untuk mencapai hasil maksimal melalui pengelompokan kelas dan cara pengajaran sesuai dengan kecenderungan kecerdasan masing-masing.

 

Referensi :

  1. Chatib, Munif, 2017, “Semua Anak Bintang”, Kaifa – PT Mizan Pustaka, Bandung.
  2. http://eprints.ums.ac.id/41842/1/NASKAH%20ARTIKEL.pdf 
  3. Materi dan camilan dari Tim Fasilitator Bunda Sayang

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply