“Setiap anak adalah bintang,
tidak peduli di daerah maju maupun pedalaman,
setiap anak adalah bintang.
Yang memiliki cahayanya sendiri-sendiri dan
akan bersinar dengan cara berbeda, satu sama lain.
Menjadi tugas orang tua lah, menemukan jenis sinar
dan mengupayakan segala tenaga untuk membuatnya cemerlang”.
〜Alifadha Pradana〜
Postingan kali ini dan beberapa waktu ke depan, adalah potongan dari jurnal yang saya buat sebagai tugas untuk level 3 kelas bunda sayang leader. Dan karena saya membahas kurang lebih 7 tools yang dapat digunakan para ayah bunda untuk mengecek level kecerdasan putra dan putri tercinta, maka saya akan membagi postingan ini juga dalam tujuh bagian. Agar bahasan tiap tool bisa berdiri sendiri dan terfokus.
kutipan di atas bukan diambil dari tulisan siapa pun, itu adalah kata-kata saya sendiri tentang pemahaman mengenai sifat bintang yang ada pada diri setiap anak, putra dan putri kita. Menurut saya, setiap anak yang terlahir memang akan menjadi bintang. Hanya terkadang kita para orang tua, tidak bisa memahami jenis bintang yang ada dalam diri masing-masing anak. Jenis bintang dalam pembahasan ini bisa diibaratkan kecerdasan. Sehingga bisa dibilang juga setiap anak yang terlahir, secara fitrah pasti cerdas. Dan lagi-lagi, kita sebagai orang tua, tidak terlalu paham jenis kecerdasan yang dimiliki anak-anak. Akibat ketidaktahuan ini, membuat kita salah menangani para buah hati. Sehingga jangankan berkembang, bahkan kecerdasannya malah bisa makin menurun.
Memang, pada dasarnya menjadi kewajiban orang tua dan mereka yang mendapat amanah sebagai pengajar, untuk memahami tiap kecerdasan tadi dan kemudian mencari cara yang sesuai untuk mengoptimalkannya.
Dahulu, anak cerdas selalu diidentikkan dengan pandai berhitung dan pandai berbicara. Sekarang, definisi mengenai anak cerdas sudah semakin berkembang. Menurut Howard Gardner dalam bukunya Multiple Intelligences, kecerdasan manusia itu tidak tunggal, melainkan beragam atau majemuk. Teori kecerdasan Multiple Intelligences, secara umum menyebutkan ada 8 (delapan) kecerdasan.
Sumber : https://www.indiamart.com
8 jenis kecerdasan itu bisa dijabarkan sebagai berikut:
- Linguistic intelligence, kemampuan untuk menganalisa informasi yang berhubungan dengan bahasa
- Logical-mathematical intelligence, kemampuan untuk berhitung dan menyelesaikan masalah secara abstrak.
- Spatial intelligence, kemampuan untuk mengenali bentuk dan gambar spasial.
- Musical intelligence, kemampuan untuk menghasilkan, mengingat dan membaca pola dari suara
- Bodily-kinesthetic intelligence, kemampuan untuk menggunakan tubuh untuk membuat sesuatu.
- Naturalistic intelligence, kemampuan untuk dapat membedakan berbagai macam jenis binatang dan tanaman dan beberapa cuaca.
- Interpersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan, dan kondisi emosi orang lain.
- Intrapersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan, dan kondisi emosi diri sendiri
Dengan memahami banyaknya jenis kecerdasan ini, akan membuat orang tua paham, bahwa anak tidak hanya pintar dalam satu bidang, melainkan pada banyak bidang. Sehingga tidak lagi akan memaksakan anak untuk menguasai bidang yang disukai orang tua.
Sampai saat ini, tidak ada indikator atau alat ukur yang jelas dan pasti akurat untuk menilai kecerdasan seseorang. Kalaupun ada, hasil pengukuran biasanya berubah sesuai usia saat pengukuran. Meskipun tidak pasti, tools-tools yang ditawarkan untuk mendeteksi kecerdasan ini, tetap dapat membantu kita memahami anak dan mengoptimalkan cara membersamai mereka. Serta mendukung perkembangan para bintang tersayang kita menjadi lebih baik dalam menjalani hidupnya nanti.
Sebenarnya banyak alat ukur yang bisa dimanfaatkan para orang tua untuk lebih memahami kecerdasan anak-anak. Tools-tools ini bisa diakses, baik secara online melalui internet, lewat buku-buku yang diterbitkan para penulisnya, atau pun atas perantara agen-agen terpercaya yang memiliki wewenang untuk melakukannya.
Yang pertama kali akan dibahas yaitu Intelligence Quotient atau kecerdasan intelektual. Ini merupakan salah satu uji kecerdasan yang diterima luas yang didasarkan pada uji psikometri dan IQ. Pengukuran kecerdasan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis atau tes tampilan (performance test) atau seperti yang sedang berkembang saat ini yaitu, pengukuran dengan alat bantu komputer. Bunda bisa mendapatkan tes-tes inteligensia seperti ini, di banyak tempat di Indonesia. Beberapa alat uji kecerdasan yang biasa dipergunakan untuk keperluan ini adalah :
a. Wechles Scale; yang terbagi menjadi beberapa turunan alat uji seperti :
- WB (untuk dewasa)
- WAIS (untuk dewasa versi lebih baru)
- WISC (untuk anak usia sekolah)
- WPPSI (untuk anak pra sekolah)
B. Tes IQ Fischer-Price,
yaitu tes yang digunakan pada anak usia enam bulan hingga satu tahun dan dilakukan pada orang tua sang bayi. Mereka ditanya 10 pertanyaan mengenai perilaku dan respon bayi terhadap beberapa situasi.
C. Bayley Scales of Infant Development
Yaitu test yang dapat dilakukan pada bayi berumur 1 bulan hingga 42 bulan.
D. Stanford-Binnet intelligence scale
Adalah ujian yang dimaksudkan untuk mengukur kecerdasan melalui lima faktor kemampuan kognitif. Kelima faktor ini termasuk penalaran cairan, pengetahuan, penalaran kuantitatif, pemrosesan visual-spasial dan memori yang bekerja. Respons verbal dan nonverbal diukur. Masing-masing dari lima faktor diberi bobot dan skor gabungan sering dikurangi menjadi rasio yang dikenal sebagai kecerdasan kecerdasan, atau IQ.
F. IST (Intelligence Structure Test)
Yaitu salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Dalam test IST terdapat beberapa aspek yang digunakan sebagai acuan dalam mengetahui Intelegensi individu. IST terbagi dalam 9 sub test yaitu
– SE: melengkapi kalimat untuk mengukur pembentukan keputusan
-. WA: melengkapi kalimat untuk mengukur kemampuan bahasa
– AN: persamaan kata untuk mengukur kemampuan fleksibilitas dalam berpikir
– GE: sifat yang dimiliki bersama untuk mengukur kemampuan abstraksi verbal
– RA: berhitung untuk melihat kemampuan berpikir praktis dalam berhitung
– ZR: deret angka untuk melihat bagaimana cara berpikir teoritis dengan hitungan
– FA: memilih bentuk untuk mengukur kemampuan dalam membayangkan.
– WU: latihan balok untuk mengukur daya bayang ruang
– ME: latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.
Dan jenis pengukuran lainnya
Salah satu skor yang umum dihasilkan dari tes inteligensi standar seperti ini, bisa dilihat pada gambar di bawah
Meskipun beragam dan mudah diakses di mana pun baik online atau offline, tes-tes ini hanya menilai kemampuan dasar seseorang dan memiliki banyak kelemahan. Di antaranya dengan adanya bias usia, budaya, bahasa dan lingkungan yang mempengaruhinya. Di samping itu, bila menilai anak hanya dari tes dasar seperti ini, menurut pendapat saya akan mengecilkan potensi anak kita sendiri. Bisa jadi ia termasuk rata-rata dalam tes intelegensi, namun jenius dalam ukuran kecerdasan yang lain.
Saya pribadi, pernah melakukan tes ini untuk anak, tapi tidak secara mandiri, karena sudah disediakan sekolah. Dan walaupun hasil Adha berada di angka rata-rata, saya tidak mau membatasi potensinya di posisi tersebut. Karena saya percaya, ada potensi kecerdasannya yang lain yang lebih menonjol dibanding angka IQ ini.
Referensi :
- https://www.nutriclub.co.id/kategori/balita/aktivitas-edukasi/kenali-8-jenis-kecerdasan-anak-sejak-dini/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual
- https://www.wikipedia.web.id/2015/06/10-tingkat-iq-dan-jenis-kecerdasan-yang.html
- https://karinaza.wordpress.com/2015/06/19/tes-intelegensi-ist-2/
- Materi dan camilan dari Tim Fasilitator Bunda Sayang
No Responses