Dari proses terbalik ini, saya malah bisa membuktikan kebenaran tipe gaya belajar Adha, dari sikap dan perilakunya sehari-hari. Dan apa yang kemudian saya temukan, benar-benar membuat takjub.
Ceritanya, sudah satu bulan ini, kami memberhentikan ART yang biasanya membantu pekerjaan rumah tangga. Alasannya bukan hal yang sepele, karena menyangkut karakter dan bukan hanya sekedar rajin tidaknya. ART saya ini suka sekali ‘mengutil’ baik uang maupun barang-barang di rumah dan berbohong.
Awalnya, kami khususnya saya, tidak menyadari efek buruk perilaku ini terhadap pembentukan pribadi Adha, sehingga membiarkan saja kelakuan negatif ART ini bertahun-tahun lamanya. Namun, peristiwa yang terakhir terjadi, benar-benar menghabiskan energi kesabaran kami. Sehingga kemudian menonaktifkan ART kami.
Hanya berselang 3 Minggu dari pemberhentian tadi, ART berkunjung ke rumah dan meminta kami untuk mengijinkan dia kembali. Tapi keputusan saya sudah bulat. Sehingga saya menolaknya sambil menjelaskan bahwa kami bertiga mampu bekerjasama menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga.
Adha yang ternyata ikut menyaksikan peristiwa tadi, setelah ART pulang, menanyakan sesuatu pada saya.
“Kenapa, bibi datang lagi, Ma? Adha bertanya meminta penjelasan.
“Yah, katanya pengen kerja lagi di sini. Tapi Mama tolak sambil ngejelasin, bahwa kita bisa ngerjain semuanya”
“Bukan pengen kerja lagi kayaknya, Ma, tapi pengen ngambilin uang dan barang lagi.” Adha membantah saya.
“Lho, kok begitu??
“Ya, iya. Kan selama ini, bibi juga sering ngambilin uang Mamas. Sisa uang jajan yang Mamas simpan di lemari. Sampai akhirnya Mamas kasih tulisan di atas uang, ‘JANGAN DIAMBIL’.” Adha menjelaskan menggebu-gebu. Aku mulai mengerutkan kening.
“Mamas juga pernah ngetes, Ma. Waktu pulang sekolah, sengaja sisa uang jajan, Mamas simpan di atas wadah pakaian kotor, trus Mamas tinggal. Eh, pas balik lagi, uangnya udah gak ada. Waktu Mamas tanyain ke Bibi, malah udah disimpan di dompetnya.” Adha terus menjelaskan.
Waah, kenapa lancang sekali dia mengambil uang jajan anak kami yang tidak seberapa. Padahal setiap hari, ART kami juga mendapat uang saku harian pengganti makan siang selain gaji bulanan yang diterimanya. Selama ini saya berusaha mengabaikan perilakunya itu, dan berusaha mengikhlaskan berapa rupiah pun yang dia ambil tanpa persetujuan kami. Tapi kalau sampai dia mengambil juga uang jajan Adha, itu sudah keterlaluan. Kemudian, saya mendengar kata-kata Adha lagi.
“Lagian, kenapa Mama bohong ama Bibi?”
“Bohong, maksud kamu?”
“Iya, harusnya Mama bilang, kita ngeberhentiin dia karena sering ngambil uang dan barang, biar Bibi malu dan kapok” jelas Adha tegas.
Saya tersenyum.
“Ya, tidak perlu penjelasan sedetil itu. Tidak perlu membuatnya malu. Yang penting Bibi sudah tidak bekerja lagi di sini.”
Hmmm… Dari penjelasan Adha tadi, saya jadi makin yakin, memang dia belajar secara kinestetik. Artinya dia belajar dari mengalami langsung, kekecewaan akibat uangnya yang diambil ART, sehingga melahirkan efek, membuat tulisan “JANGAN DIAMBIL” di atas tumpukan uangnya agar tidak lagi diambil.
No Responses