I believe that imagination is stronger than knowledge.
That myth is more potent than history.
That dreams are more powerful than facts.
That hope always triumphs over experience.
Thatlaughter is the only cure for grief.
AndI believe that love is stronger than death.
~ Robert Fulghum at www.brainyquote.com ~
Hari ini materi baru di kelas bunda sayang. Seperti di level sebelumnya, penyampaian materi kali ini pun melalui brainstorming. Jadi saya sudah bersiap untuk online tepat pada waktunya, ketika materi baru akan disampaikan.
Dan, tara… Ternyata, materinya adalah memperkaya imajinasi lewat dongeng. Kenapa harus melalui dongeng? Karena, dongeng bisa menjembatani dunia kita para orang tua yang realistis, dengan dunia anak yang imajinatif. Melalui dongeng, kita juga bisa menasehati, menanamkan nilai dan karakter baik juga melarang sesuatu, tanpa anak merasa digurui, dinasehati dan dilarang. Jadi, sepertinya mendongeng memang cara paling mudah untuk parenting ya…?
Namun, ternyata tidak semudah itu. Ketika diberikan gambar-gambar di mana kita diajak mengimajinasikan cerita dari gambar tersebut, ada yang dengan mudah langsung mencurahkan kalimat-kalimat panjang sebagai penggambarannya. Tapi, tidak sedikit pula yang hanya bisa mengungkapkannya dalam satu atau dua kalimat saja. Termasuk saya…
Kenapa sulit, ya…?
Untuk saya pribadi, melihat gambar, pikiran saya langsung terpaku hanya pada gambar yang ada. Yang real, tanpa embel-embel atau aksesoris tambahan. Apalagi, jeda waktu setiap melemparkan urutan gambar tadi, teramat singkat. Jadi otomatis kalimat yang saya ungkapkan juga hanya beberapa patah saja.
Gambar : Materi Kuliah Bunsay Level 10
Sepertinya, walaupun saya terbiasa visual. Imajinasi saya mentok, kalau hanya melihat gambar. Itulah mengapa saya tidak terlalu suka membaca komik. Karena menurut saya, ceritanya jadi terbatas, hanya sesuai dengan gambar yang ada.
Berbeda rasanya bila saya diminta mengembangkan cerita dengan satu kalimat. Meskipun mungkin kalimat dan gambar punya arti yang sama, tetapi pengembangan yang saya buat, menjadi berbeda. Jadi, sepertinya ini kelemahan sekaligus kekuatan saya. Kelemahan, jika saya tidak bisa mengalihkan pikiran dari gambar yang real. Tapi menjadi kekuatan, saat saya bisa memberikan kalimat sebagai pengganti gambar yang dimaksud…
Namun, sayangnya cerita yang telah disusun tadi, harus dibacakan dan direkam. Lagi-lagi ini tantangan buat saya. Karena saya tidak terlalu percaya diri saat berbicara atau membacakan cerita. Suara saya yang agak terlalu cepat, cempreng dan celat, sepertinya bukan suara seorang pendongeng yang baik. Apalagi, seringnya orang-orang di sekitar saya, tertawa saat saya bercerita. Bukan karena ceritanya lucu, tetapi karena cara saya bercerita yang lucu.
Jadi, akhirnya saya batal mengikuti penugasan tadi. Untuk merekam cerita yang saya buat. Kemudian dibandingkan dengan rekaman saat saya menceritakannya kepada Adha. Sebabnya karena saya terlalu takut untuk melakukannya. Saya takut, putra tercinta saya malah bingung mendengar dongeng saya. Hmmm… Ketakutan yang tidak beralasan sebenarnya. Namun, biarlah, kali ini saya mengikuti semua ketakutan ini. Mungkin dari sini, saya bisa belajar, tentang cara mengemas ketakutan supaya jangan menghambat pembelajaran. Juga, semoga dengan menerima ketakutan, saya bisa lebih memahami kerugian yang diakibatkannya dan akan berusaha meminimalisirnya.
Naaah… Itu pengalaman saya. Bagaimana dengan bunda?
Sumber referensi :
1. Materi Kuliah Bunsay Level #10
2. Interaksi saat brainstorming Materi Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng
3. Pengalaman pribadi
#MembangunKarakterAnakLewatDongen
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination
No Responses