Setiap anak adalah bintang
dan tugas orang tua lah
untuk mengupayakan sang bintang
bersinar cemerlang
~Alifadha Pradana~
Adha adalah bintang. Meskipun saya belum tahu, jenis cahaya yang akan dihasilkannya. Tapi, merupakan tugas saya untuk mengupayakan aktivitas-aktivitas yang bisa memunculkan sinar bintangnya. Karena salah satu kegiatan yang membuat Adha berbinar-binar adalah bermain sepak bola, maka usaha yang saya lakukan adalah terus mencari tahu aktivitas sekolah bola terbaik di kota kami. Juga mengusahakan agar Adha mampu menangkap peluang itu dan sudah siap pula menjalaninya.
Hari ini, saya siap menjemput Adha di sekolah unuk mengantar dan menemaninya berlatih sepak bola, sesuai kesepakatan yang sudah kami buat kemaren.
Begitu sampai di lapangan, latihan sudah dimulai. Dan kembali saya dan Adha bersitegang, karena dia masih enggan juga latihan akibat tidak ada pasangan. Memang, tampak di lapangan, para peserta berlatih berpasangan. Namun, akhirnya saya berusaha paham, kenapa Adha keukeuh bergantung pada teman. Karena dia tidak mau kebingungan mencari pasangan latihan. Yah… Meskipun menurut pemikiran saya, dia bisa berpasangan dengan siapa saja, tidak harus yang ia kenal. Tetapi, Adha memang berbeda dengan saya yang mudah saja bertegur sapa dan mengobrol, bahkan dengan orang yang tidak dikenal. Putra tersayang itu, cenderung harus dekat dulu, minimal kenal dengan orang akan akan menjadi pasangannya berlatih, atau bahkan cuma untuk mengobrol.

Adha saat latihan sepak bola bersama teman-temannya
Seusai latihan, saya meminta penjelasan kepada pelatihnya, tentang kelas-kelas bola ini. Ternyata, beliau menyarankan agar Adha ikut berlatih bersama kelompok umur SMP juga. Karena kelas yang diikuti sekarang adalah kelompok usia dini, sehingga tidak imbang dan bisa jadi keahliannya tidak akan berkembang.
Di perjalanan pulang, karena dijemput ayahnya, saya jadi bisa menyampaikan hasil perbicangan tadi kepada mereka. Adha langsung berkomentar negatif (menurut saya)
“Nanti, pelatihnya siapa? Ga enak kalo belum kenal. Trus, teman-temannya juga pasti besar-besar, nanti Mas digalakin lagi.” Komentar Adha menyampaikan kekhawatirannya.
Saya hanya menghela nafas panjang mendengarnya. Saya selalu lupa kalau cara berpikirnya Adha, cenderung menilai negatif dan jelek dulu, baru setelah “terpaksa” atau “dipaksa” menjalani karena tugas dan kewajiban, merasakan kegembiraannya baru bisa menilai baik terhadap sesuatu. Bukan sebaliknya seperti kebiasaan umum.
Rupanya pe-er saya memang masih banyak mengenai memberikan penjelasan dan menyampaikan informasi. Karena, tanggapan Adha terkadang berbeda dari maksud penyampaian saya. Tapi, kesuksesan memang tidak akan dicapai melalui perjalanan yang singkat dan mudah. Perlu upaya keras dan tekad kuat untuk melakukan yang terbaik. Jadi, saya akan berusaha mencari cara dan metode penyampaian yang tepat untuk Adha, agar dia bisa memahami bahwa yang kami usahakan, hanya yang terbaik untuknya. Dan apa pun tawaran kami, tetap dia sendiri yang memutuskan dengan pertimbangan terbaik yang harus dia lakukan. Semoga, itu yang terbaik untuk masa depannya. Aamiin…
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga
No Responses