Gambar : danielnugroho.com
Hari ini walau Adha tetap konsisten melatih kemandirian keterampilan literasi, ada satu peristiwa yang membuat aku harus berusaha lebih keras lagi belajar mengenal anakku untuk mendampingi dan membimbing nya menjalani setiap pembelajaran.
Cerita bermula saat aku pulang kantor agak awal. Tadinya aku pikir anakku belum pulang, karena memang jadwal sekolahnya sampai setengah 3 sore. Tetapi setelah aku tunggu sampai jam 4 belum juga pulang, aku mulai khawatir. Karena akhir-akhir ini di wilayah kami agak marak dengan berita penculikan, tentu saja membuat aku agak was-was. Namun setelah menengok ke kamarnya, ternyata tasnya sudah ada. Berarti dia memang sudah pulang dari tadi.
Ketika jam menunjukkan angka 4.30 sementara belum ada tanda-tanda kedatangan Adha, aku putuskan untuk meneleponnya. Tidak ada jawaban bahkan terdengar nada sibuk saat aku menghubungi nomornya. Aku terus mencoba mengontak Adha. Setelah beberapa saat ada notifikasi collect sms dari nomor anakk yang aku jawab dengan yes. Agak terkejut membaca jawaban sms dia atas teleponku “maaf belum bisa menjawab telepon, nanti dihubungi kembali”. Sejak kapan anakku selebay ini…?
Akhirnya setelah beberapa kali mencoba, anakku menjawabnya juga. Karena memang sudah sore, Adha sepakat untuk pulang.
Sampai di rumah, aku membiarkan Adha melakukan aktivitas membaca untuk menghadapi ujian esok hari. Setelah beberapa saat, aku konfirmasi maksud sms nya yang seperti itu.
Aku : Kenapa Mamas milih sms seperti itu?
Adha : sms apa?
Aku : iya, sms bahwa mamas sibuk dan akan menghubungi lagi. Mamas ga mau nerima telepon Mama?
Adha : Ya, mau.
Aku : Kenapa ada sms itu.
Adha : Mamas lagi jalan.
Aku : Emang ga bisa nerima telepon sambil jalan?
Adha : Ya, bisa.
Aku : Trus kenapa ga mau jawab telepon Mama?
Adha : Malu, banyak teman-teman, Ma.
Aku : (sambil merasa sedih) Mamas malu ditelepon ama Mama?
Adha : Ya, engga.
Aku : Terus kenapa tadi ngomong begitu.
Adha terdiam beberapa lama, aku membiarkan. Kemudian keluar lagi suaranya memecah kesunyian…
Adha : Sebenarnya tadi Mamas bohong. Waktu mama nelpon, Mamas belum sholat dan baru nyampe musholla buat sholat.
Kata-kata Adha tadi membuat aku terdiam. Di satu sisi aku sedih mendengar anakku mulai bohong. Tapi di sisi lain, aku harus menghargai keberanian nya mengaku berbohong, walau dengan konsekuensi kemarahanku. Akhirnya dengan hati-hati aku menggali alasan kenapa dia belum sholat. Karena biasanya, tanpa disuruh pun Adha sudah terbiasa untuk sholat sendiri.
Aku : Kenapa telat sholat? Kan biasanya juga pas waktunya sholat, Mamas langsung sholat?
Adha : Abis, waktu Mamas ajak sholat, ga ada yang mau, malah asik main bola.
Aku : Ya, seharusnya kalo temen-temen ga mau diajak sholat, Mamas aholat sendiri aja. Sholat kan kewajiban seorang muslim.
Adha hanya mengangguk mengiyakan
Aku : Mas, kamu bisa aja bolak balik ngebohongi,Mama. dan Mama mungkin tidak pernah tahu. Tapi Allah kan Maha Maha melihat dan mendengar. Dan tanggung jawab Mamas adalah kepada Allah SWT, bukan pada Mama.
Adha masih diam mendengarkan…
Akhirmya aku sudahi konfirmasi tentang sholat kepada Adha. Dan mulai berpikir.
Hari ini ada beberapa poin yang harus aku sorot dari sikap dan perilaku Adha, yang masih perlu diluruskan, yang mendapat apresiasi dan yang harus terus dimantapkan.
~ Keberanian mengakui kesalahan (berbohong)
~ Kemandirian untuk melaksanakan ibadah
~ Keberaniannya untuk punya sikap berbeda dari teman-temannya (tetap sholat sendiri, walau tidak ada temannya yang ikut sholat)
Jadi, di hari ini selain mengapresiasi kemandiriannya dalam berliterasi, aku juga harus mulai membimbing dan melatih kemandirian psikososialnya yang mulai tampak. Alhamdulillah, semoga jiwa murninya bisa menjadi pemenang, di tengah gejolak sikap yang memprihatinkan dari anak-anak seumuran Adha… Semoga Allah SWT selalu membimbing dan menguatkan kami. Aamiin…
#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
No Responses