Komunikasi Produktif Hari Ketiga – Memperbaiki Komunikasi dengan Melakukan

Komunikasi Produktif Hari Ketiga – Memperbaiki Komunikasi dengan Melakukan

Gambar : Dokumentasi Pribadi

 

Hari ini saya menyadari, sepertinya sudah salah dalam memahami tantangan komunikasi produktif. Seharusnya dilakukan dengan mempraktekkan ilmu yang sudah didapat dan menceritakan hasilnya. Tapi saya hanya menceritakan proses komunikasi yang saya dan keluarga kami lakukan.

Tapi setelah semua tugas yang sudah saya kerjakan dibaca lagi, tampaknya tidak terlalu keliru juga. Karena dari penyelesaian tugas itu, dapat terlihat apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak boleh.

Lagi pula, hampir satu tahun terakhir ini, komunikasi kami sekeluarga memang mengalami perbaikan besar-besaran. Yang biasanya selalu dipenuhi muatan emosional, akhir-akhir ini sudah berubah menjadi lebih dewasa. Bila komunikasi di masa lalu terkesan saya yang harus selalu menerima dan mematuhi keinginan suami (sehingga membuat tertekan), sekarang menjadi lebih proporsional. Dalam artian, cara penyampaian nya lebih mempertimbangkan keinginan masing-masing dan berorientasi pada tujuan penyampaian.

Begitu juga terhadap anak. Yang biasanya untuk merubah perilaku anak, kami suka membandingkan masa kami dulu. Sekarang, terkadang memang tetap membandingkan. Tetapi perbandingannya dengan perilaku anak yang sebelumnya lebih baik. Bila dulu hanya menyuruh (untuk sholat, mengaji, membantu pekerjaan rumah tangga bila asisten RT libur dll), sekarang kami membiasakan dengan mengajak. Artinya kami melakukan lebih dulu, baru mengajak anak melakukan.

Memang tidak semuanya selalu sukses dilaksanakan. Ada saja kekeliruan yang kami lakukan. Tetapi bila dulu kekeliruan ini dipendam saja, sehingga kemudian menjadi api dalam sekam yang pernah hampir memusnahkan komitmen kami. Sekarang, semua bisa disampaikan dengan lebih baik dan lebih sabar. Sehingga dapat kami jadikan pelajaran untuk perbaikan selanjutnya.

Seperti komunikasi yang saya lakukan hari ini. Entah kenapa tercetus begitu saja kata-kata, “bosan ah, bapak terus yang jadi imam.” dari bibir saya. Padahal sebenarnya maksud saya bukan seperti itu. Selama ini memang suami yang selalu jadi imam di musholla dekat rumah. Dan hal itu terus terang memang membuat saya bangga. Tetapi, ternyata tidak ada orang lagi yang bisa dan mau menggantikan posisi sebagai imam ini. Sehingga kadang, saat kondisi suami tidak memungkinkan untuk jadi imam (ketika batuk pilek atau agak meriang), walaupun sebenarnya masih mampu untuk sholat di musholla, karena takut nanti jadi imam dengan tidak optimal, suami akhirnya malah terpaksa sholat di rumah. Itu maksud kata ‘bosan’  saya yang sebenarnya.

Jika dulu masalah seperti ini bisa membuat kami bertengkar, sekarang tidak lagi. Dengan baik-baik, suami menyampaikan bahwa kata-kata saya agak melukai hatinya. Dan karena saya juga makin berkembang, klarifikasi suami saya terima dengan hati lapang. Saya jelaskan maksud saya yang sebenarnya dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan bahasa tubuh yang menyenangkan. Sehingga akhirnya suami bisa menerima penjelasan saya dengan baik dan benar-benar paham tentang hal yang ingin saya sampaikan.

PELAJARAN KOMUNIKASI HARI INI

  • Sampaikan informasi atau pesan dengan bahasa yang jelas sehingga mudah dipahami.
  • Sampaikan protes atau klarifikasi dengan baik, dengan mengedepankan penyelesaian dan perbaikan.
  • Jawab semua pertanyaan dan klarifikasi juga dengan jelas agar tidak menjadi duri dalam daging untuk interaksi selanjutnya.
  • Tetap harus selalu mengedepankan nalar dan mengendalikan emosi dalam komunikasi dengan pasangan.

 

Terima kasih.


#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply