Komunikasi Produktif Hari Kesepuluh – Pillow Talk untuk Harmonisasi

Komunikasi Produktif Hari Kesepuluh – Pillow Talk untuk Harmonisasi

Gambar : Dokumentasi pribadi

 

Beberapa hari berlalu dengan komunikasi rutin yang biasa, sehingga sepertinya tak terlalu excited untuk diceritakan sebagai tantangan 10 hari komunikasi produktif.

Sampai kemudian sore di Hari Kamis lalu, tercetus kekecewaan suami atas komentar saya di akun sosmed seorang teman. Meskipun sudah dijelaskan maksud komentar saya sebenarnya, tetapi suami tetap menerimanya berbeda. Sepertinya ini salah paham. Tapi karena rasa lelah sepulang dari pasar membuat emosi nyaris memuncak. Daripada nanti menyesali kata-kata yang tidak seharusnya terlontar, setelah menghapus komentar yang jadi topik permasalahan dari akun sang teman, akhirnya saya menjauh dari kamar dan duduk menenangkan diri.

Komunikasi lanjutan setelah itu masih tidak menghasilkan kesepahaman antara saya dan suami, sehingga saya memutuskan mendiamkan sementara topik ini sampai kami sama-sama bisa membahasnya kembali dengan kepala dingin.  

Tapi ternyata akibat dari cetusan tersebut terus berlanjut. Menimbulkan ketidakharmonisan di interaksi berikutnya dan memunculkan kembali pendaman kesedihan yang sebelumnya saya abaikan. Ini membuat kondisi drop di hari berikutnya, menyebabkan kolik perut kumat dan akhirnya saya terkapar tak bertenaga di kamar, sambil menata lagi kepingan puzzle hati yang mulai terserak. (Hehehe… dramatis banget ya. Tapi begitulah suasananya saat itu)

Saya berpikir dan merenung. Membolak balik kembali perjalanan kami. Membuka lagi lembaran perjanjian yang saya tulis dan disetujui suami sebagai pembaharu komitmen kami. Sepertinya ada link yang terputus dan harus disambung kembali. Akhirnya saya mantapkan hati untuk menggelar komunikasi lagi dengan suami, agar masalah bisa terurai, kesepahaman dapat tercapai dan komitmen kami tereratkan pula.

Kemudian, dua hari berikutnya kami isi dengan dialog interaktif yang benar-benar produktif. Dan jujur saja, ini komunikasi kami yang paling intens dngan sikap penuh kedewasaan. Nyaris tanpa emosi atau saling menyalahkan seperti di masa-masa sebelumnya.

 

Diskusi dimulai dengan mengurai masalah yang terjadi. Suami menyampaikan bahwa akarnya adalah keberatan beliau terhadap sms “beda” dari seorang teman laki-laki. Dan sikap saya yang kurang tegas menanggapinya, membuat suami agak berprasangka bahwa akan begitu juga kejadiannya dengan semua sahabat saya yang lainnya. Saya yang merasa bahwa kata-kata itu atau kata mesra apa pun tidak akan berefek pada saya, karena komitmen yang kuat terhadap tanggung jawab dan janji saya sendiri, tentu saja menilai prasangka suami berlebihan, dan menganggapnya sebagai ketidakpercayaan terhadap saya. Di titik ini lah selalu terjadi ketidaksepahaman antara kami.

Tapi, kali ini saya berusaha introspeksi. Karena memang dalam Islam pun tidak diperkenankan, dan hal ini tidak tergantung saya terpengaruh atau tidak, juga tidak peduli saya tahan godaan maupun tidak. Sehingga, akhirnya saya berkompromi dengan hati saya, semata2 dalam rangka memperbaiki pernikahan kami, dan berusaha memahami serta menerima keberatan suami.

Selanjutnya, setelah saya bisa menerima keluhan suami, dan berjanji akan bersikap tegas, bila terjadi hal yang serupa di kemudian hari, akhirnya saya juga menyampaikan semua uneg-uneg yang selama ini hanya terpendam dalam hati. Dan suami kemudian beritikad pula untuk memperbaiki diri dan menepati semua janji yang memang sudah beliau sepakati.

Jadi, begitulah. Komunikasi terpanjang dan paling intens yang kami lakukan, telah menguatkan kembali komitmen kami. Semoga di esok hari, kami mampu melewati semua hambatan dan tantangan apa pun yang menimpa dan tetap berkomitmen pada janji yang telah kami buat bersama. Semoga Allah SWT selalu membimbing kami dan memberi kekuatan serta kesabaran kepada kami. Aamiin…

Ini memang hari terakhir dari tantangan 10 hari komunikasi produktif dalam tugas kuliah bunda sayang IIP. Tetapi saya meyakini bahwa hal ini hanya merupakan awal dari pembiasaan baik untuk berusaha selalu menjalin komunikasi produktif dengan siapa saja, khususnya bersama keluarga.

 

PELAJARAN KOMUNIKASI HARI INI

  • Untuk mencapai kesepahaman, benar-benar butuh kedewasaan dan kelapangan hati dalam menerima dan memahami keinginan pasangan.
  • Semua pribadi yang terlibat memang perlu terus melakukan introspeksi diri untuk bisa melihat dan menilai dengan objektif semua potensi baik dari diri sendiri maupun dari pasangan yang akan menimbulkan pertentangan dalam suatu ikatan.
  • Komunikasi produktif dalam pernikahan benar-benar membutuhkan kerjasama dan keikhlasan dari kedua belah pihak untuk mewujudkannya.

 


#hari10
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply