Gambar : jurnalmagangfeliks.wordpress.com
Hari ini aku akan menceritakan komunikasi yang terjadi di kantor. Di mana terkadang terjadi beberapa kedzoliman atas dasar kekuasaan. Sebenarnya bukan rahasia umum lagi, bahwa pejabat yang merasa punya kuasa, seenaknya saja menerapkan aturan tanpa pemberitahuan lebih dahulu. Dan begitu saja menghancurkan hasil kerja keras bawahannya tanpa pikir panjang. (Hmmm… jadi curcol deeh… 😃 )
Pembicaraan dimulai pagi hari, saat atasanku memberikan copy anggaran kegiatan kantor.
“Jadinya cuma 109 juta yang diacc, Yi.”
“Lho, apalagi yang dicoret?” tanyaku bingung. Karena anggaran awal dari kegiatan kami selama setahun adalah 250 juta. Sebelumnya, dengan alasan efisiensi sudah dikurangi menjadi 225 juta. Kemudian untuk kode rekening tertentu, karena metode satu pintu, juga sudah dikurangi lagi menjadi sekira 204 juta.
“Yang belanja modal, kayaknya ga ada. Trus yang pertemuan rapat koordinasi dengan provinsi dan pusat juga kayaknya dicoret.” atasanku menjawab dengan sedikit bingung.
Aku mengerutkan kening. “Kenapa ga sekalian aja semua dicoret, dikasihkan ke seksi lain?” Aku bertanya retoris.
Atasanku hanya tertawa
“Trus, fungsinya ekspos yang kemaren, apa, Kalo masih dicoret seenaknya? Lagipula, kalo memang ingin dikurangi lagi, tinggal panggil penanggung jawab kegiatannya, untuk ditanyai kompetensi setiap kode rekening. Kalo memang tidak masuk akal, baru dicoret dengan sepengetahuan penyusun kegiatan. Tidak seperti ini, ada yang dicoret, ada yang tidak, padahal itu dalam satu rangkaian kegiatan, kan jadi rancu namanya.” Aku menyahut kesal, sementara bosku hanya mengangkat bahu.
Ya, memang mengesalkan. Setelah semua proses dilalui, sejak penyusunan rencana kegiatan seksi. Kemudian membuat kerangka acuan kegiatan. Setelah itu ekspose di depan pejabat yang berwenang untuk mendapatkan ijin melanjutkan untuk pengesahan anggaran. Eh… tanpa pemberitahuan dan dilakukan bukan saat ekspos, rincian anggaran kami dicoret begitu saja. Juga tanpa pemahaman terhadap kaitan antar rincian kegiatan. Tapi… ya begitulah. Kejadian ini terus berulang setiap tahun. Yang bikin tambah kecewa, ketidakobyektifan pejabat terhadap usulan kegiatan. Maksudku, bukan tujuan dan manfaat kegiatan yang menjadi dasar pertimbangan, tetapi faktor kedekatan dengan pengelola kegiatan yang menjadi alasan.
PELAJARAN KOMUNIKASI HARI INI
- Penting untuk selalu bersikap profesional dan obyektif dalam komunikasi organisasi. Karena yang menjadi pertimbangan seharusnya bukan kepentingan pribadi melainkan goal organisasi.
- Tetap butuh kearifan di samping etika dalam semua komunikasi. Sehingga tidak “mentang-mentang” punya kuasa, bisa memaksakan kehendak kepada siapa saja, khususnya terhadap bawahan.
#hari8
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
No Responses