Bacalah.
Maka kau akan membuka
cakrawala dunia yang ada di depanmu.
~Alifadha Pradana~
Sumber Gambar : Modifikasi Gambar dari Santrologist.blogspot.com dan Canva
Definisi Literasi yang selama ini kita artikan dengan kemampuan membaca dan menulis, ternyata tidak sesempit itu. Melainkan punya makna yang jauh lebih luas. Menurut KBBI V ,li.te.ra.si1 /litêrasi/ 1. n kemampuan menulis dan membaca, 2. n pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu: — komputer, 3. n kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.(1)
Seperti yang disampaikan dalam materi Bunda Sayang Level #5 Institut Ibu Profesional bahwa ada beberapa tahapan dalam meningkatkan keterampilan literasi ini, yaitu : Keterampilan Mendengarkan (Listening Skills), Keterampilan Berbicara (Speaking Skills), Keterampilan Membaca (Reading Skills) dan Keterampilan Menulis (Writing Skills).(2)
Membaca sebagai kepingan dari puzzle literasi, ternyata juga punya banyak komponen. Yang secara garis besarnya terbagi dua yaitu membaca keras/nyaring dan membaca dalam hati. Yang masing-masingnya bisa dirinci menjadi beberapa teknik lagi. (3)
Mangihot (2016) menulis bahwa membaca keras/nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang. (4)
Membaca keras/nyaring tidak hanya kompetensi untuk menyuarakan huruf saja, melainkan merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Jika pada membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf. Maka, pada membaca nyaring atau membaca bersuara difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda dan penguasaan tanda baca. Keempat poin ini harus tepat. Agar pembaca dan pendengar sama-sama mendapatkan pengertian yang serupa dari bahan yang dibaca.
Menurut Haris dan Sipay (1980) membaca bersuara mengontribusikan seluruh perkembangan anak dalam banyak cara, di antaranya sebagai berikut.
- Membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang cepat dan valid untuk mengevaluasi kemajuan keterampilan membaca yang utama, khususnya pemenggalan kata, frasa dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang spesifik.
- Membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan untuk pembaca dan bagi yang mendengar untuk meningkatkan keterampilan menyimaknya.
- Membaca nyaring juga bisa melatih siswa untuk mendramatisirkan cerita dan memerankan pelaku yang terdapat dalam cerita.
- Membaca nyaring menyediakan suatu media di mana guru dengan bimbingan yang bijaksana, bisa bekerja untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, terutama lagi dengan anak yang pemalu.
Selain itu, menurut Gruber (1993) manfaat dan pentingnya membaca nyaring untuk anak-anak seperti dijelaskan berikut ini.
- Memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif.
- Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakata.
- Memberi siswa informasi baru.
- Mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda.
- Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya imajinasinya.
- Keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam Membaca Nyaring
Membaca keras/nyaring juga bisa dijadikan salah satu cara untuk membuat anak gila membaca. Seperti yang disampaikan Adhim (2015), bahwa kita bisa memberikan pengalaman membaca buat anak-anak dengan membacakan buku sejak mereka lahir. Bacalah buku dengan suara yang berubah-ubah sehingga berirama. Sesekali meninggi, sesekali merendah. Membaca dengan suara berubah-ubah membuat anak tertarik, sehingga anak benar-benar terlibat secara psikis.(5)
Bila kebiasaan membacakan buku ini dilakukan setiap saat, kapan saja ada kesempatan, anak pun InshaaAllah akan cenderung membaca kapan pun ada kesempatan. Membaca menjadi pengisi waktu luang, pemghapus rasa jenuh dan penghibur rasa bosan. Anak akan menemukan keasyikan saat membaca meski buku itu tak lagi ada gambarnya.
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Jadi, membaca keras/nyaring selain untuk melatih kemampuan mendengar anak yang merupakan tahapan dasar dalam mengembangkan kemampuan literasi, juga dapat dimanfaatkan untuk melatih kompetensi berbicara dan membacanya. Dan karena dilakukan bersama banyak orang (teman-teman dan guru di kelas) latihan membaca keras/nyaring ini dapat meningkatkan keberanian siswa untuk berkontribusi dalam proses pembelajaran.
Berlawanan dengan membaca keras/nyaring, membaca dalam hati merupakan teknik membaca tanpa suara. Jika penekanan membaca keras/nyaring terletak pada kemampuan membaca sesuai ejaan, intonasi, jeda dan penguasaan tanda baca yang berhubungan dengan gerak bibir. Membaca dalam hati menekankan pada pemahaman terhadap bahan bacaan dan berhubungan dengan gerakan mata. Karena gerakan mata cenderung lebih cepat dari aktivitas bibir, maka proses membaca dalam hati lebih cepat dibanding membaca keras/nyaring.
Menurut Tanjung, Membaca dalam hati terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu membaca ekstensif dan intensif.(6)
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuan dan tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat. Dengan demikian, membaca secara efisien dapat terlaksana. Sedangkan membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah, teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira 2-4 halaman tiap hari. (6)
Tujuan utama membaca dalam hati memang untuk memperoleh pemahaman arti. yang bisa dilakukan baik dengan cara membaca teliti dan menyeluruh, membaca skimming (sekilas) maupun membaca kilat. Untuk mendapatkan pemahaman terbaik memang sebaiknya melalui membaca secara teliti dan menyeluruh. Tetapi jika hanya untuk menangkap inti tulisan, bisa dilakukan dengan cara membaca skimming atau membaca kilat.
Melalui skimming kita dapat (7):
- Memeriksa sebuah bab dalam buku, sebelum memperlajarinya secara serius agar memperoleh sebuah gagasan tentang cakupan umum bab tersebut.
- Menyampel beberapa halaman novel atau karyua tulis jenis lain untuk menentukan apakah karya tulis tersebut merupakan bacaan yang bernilai.
- Memeriksa secara cepat sebuah artikel tentang isu kontroversial untuk menemukan pandangan pengarang, tanpa memperhatikan argumen pengarang yang spesifik.
- Memeriksa bahan bacaan untuk menilai apakah bacaan tersebut mengandung jenis informasi yang sedang kita cari.
- Meneliti bahan bacaan untuk menentukan apakah bacaan tersebut dapat dipahami ataukah terlalu sulit
Sedangkan dengan melakukan baca kilat yang telah dikembangkan oleh Agus Setiawan dan Juni Anton, kita sedang menyerap 100% informasi dengan kecepatan 1 halaman/detik ke dalam pikiran bawah sadar. (memori jangka panjang).Sistem baca kilat adalah proses membaca dengan memberdayakan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Karena 99% proses pembelajaran terjadi pada level bawah sadar. (8)
Tidak ada yang lebih baik antara membaca keras dengan membaca dalam hati. Karena masing-masing punya tujuan yang berbeda. Seperti yang ditulis Goldman (2012) dalam jurnalnya, bahwa belajar membaca — menakjubkan bagi anak kecil dan orang tua mereka — adalah satu hal. Membaca untuk belajar, adalah hal lain. Apakah siswa saat ini dapat menggunakan membaca dan menulis untuk memperoleh pengetahuan, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan di arena akademik, pribadi, dan profesional? Apakah mereka memiliki keterampilan baca tulis yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan abad ke-21? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Goldman menjelaskan pemahaman yang semakin kompleks, keterampilan bernalar, dan pengetahuan yang dibutuhkan siswa ketika mereka maju melalui sekolah dan mensurvei apa yang diketahui peneliti dan pendidik tentang cara mengajar keterampilan itu. (9)
Berhasil membaca untuk belajar membutuhkan kemampuan untuk menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber, Pembaca yang efektif harus mampu menerapkan pengetahuan yang berbeda, membaca dan proses penalaran untuk berbagai jenis konten, dari fiksi hingga sejarah dan sains, ke akun berita dan manual pengguna. Mereka harus menilai sumber informasi untuk relevansi, keandalan, ketidakberpihakan dan kelengkapan. Dan mereka harus menghubungkan informasi di berbagai sumber. Singkatnya, pembaca yang sukses tidak hanya harus menggunakan keterampilan membaca umum tetapi juga memperhatikan proses disiplin khusus.(9)
Jadi, memang tidak ada yang yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya. Pilihan cara membaca pada akhirnya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses membaca. Namun, cara apapun yang dipilih, pastikan menyenangkan untuk dilakukan. Sehingga proses membaca pun menjadi kegiatan yang membahagiakan.
Referensi :
- https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi diakses pada tanggal 17 Maret 2019
- ___, (2018) Menstimulasi Anak Suka Membaca, Materi Level #5 Kelas Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional.
- https://www.ilmubahasa.net/2015/08/jenis-jenis-membaca.html diakses pada tanggal 16 Maret 2019.
- http://mangihot.blogspot.com/2016/10/makalah-membaca-nyaring.html dibuka dan dibaca pada tanggal 16 Maret 2019
- Adhim, Mohammad Fauzil (2015), Membuat Anak Gila Membaca, Yogyakarta, Pro-U Media.
- http://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2015/07/makalah-membaca-dalam-hati.html diakses pada tanggal 16 Maret 2019
- http://penasehatcintae.blogspot.com/2011/01/pengertian-skimming-dan-scanning.html diakses pada tanggal 17 Maret 2019
- Setiawan, Agus dan Joni Anton.(2015). Baca Kilat for Students, Jakarta, Gramedia.
- Goldman, Susan R., (2012) Adolescent Literacy: Learning and Understanding Content, Literacy Challenges for the Twenty-First Century Volume 22 Number 2 Fall 2012, The Future of Children, Princeton – Brookings.
No Responses