Hari ke-8 Level 10 : Memilih Teman

Hari ke-8 Level 10 : Memilih Teman

Hati-hati dalam mencari teman.

Karena teman yang baik akan membawa pada kebaikan

Teman yang buruk pun bisa mengajak berbuat keburukan.

Jadi, lebih baik sendiri daripada mempunyai teman yang buruk.

~ Alifadha Pradana ~

 

Hari ini ujian akhir semester Adha hampir usai. Setelah sebelumnya saya hanya menemaninya belajar dan tidur, kali ini kami bisa berbincang meski hanya sebentar. Temanya adalah mengenai teman.

Sepanjang pengamatan saya, Adha cukup bisa bersosialisasi. Tetapi, untuk benar-benar dekat dengannya, tidak mudah. Karena dia butuh percaya dulu, baru bisa menjadi sahabatnya.

Karena membahas tentang teman, jadi kami benar-benar membahas satu persatu teman Adha. Apa kebaikan dan keburukannya, agar bisa menghargainya dan mengingatkan tentang keburukannya. Tentu saja nama-nama teman Adha yang akan saya ceritakan disini, sudah diganti. Agar tidak menimbulkan masalah di masa yang akan datang.

Sejak SD, Adha memang saya sekolahkan di SDIT – Sekolah Dasar Islam Terpadu. Agar ilmu yang didapat tidak hanya mendukung kemajuan di dunia, tetapi juga di akhirat nanti. Begitu juga saat SMP kali ini, Adha saya daftarkan di SMPIT yang dekat dari rumah.

Karena masih sedikitnya SMPIT yang ada di sini, ada beberapa teman Adha yang juga mendaftar di sekolah yang sama, sehingga Adha bisa kembali berkumpul dengan beberapa di antaranya.

 

 

Ini lah perbincangan kami tentang para “sahabatnya”

“Kenapa Mamas senang berteman dengan R, D, L, F1, F2, F3 dan menjauhi S?” Saya mulai bertanya hati-hati, karena 5 anak ini lah yang selama ini dekat dengannya. Baik saat di SDIT dulu, maupun sekarang, ketika di SMPIT.

“Berteman dengan R, L, F1, F2 dan F3 asik. Mereka rame semua orangnya. Suka bercanda. Dan suka mengingatkan. Kalo D, orangnya baik. Selalu mau nemenin Mamas. Sedangkan S, anaknya curang, senang ngerjain orang. Emang kadang suka ngelucu juga sih, tapi seringnya galak. Mas juga pernah melihat S ngerokok lho, Ma,” ceritanya serius. Saya terkejut. “Perilaku” merokok menurut saya sudah keterlaluan untuk anak SD.

“Memang ga ada guru yang tahu, S merokok. Kenapa Mamas ga kasih tahu guru?”

“Ga ada, Ma. Ngga lah, ntar malah Mamas yang di-cim si S.”

“Trus, kenapa kamu jarang bareng-bareng ama Anak komplek ini?” Saya bertanya lagi. Karena dulu beberapa anak yang seumuran Adha, sering kumpul dan menginap di rumah.

“Kan udah beda, Ma.”

“Beda, gimana?”

“Ga tau lah. Pokoknya sekarang yang diobrolin udah bareda. Sekarang seringnya pada ngomongin cewe. Mamas kan, risih

“Bukannya asik, ngomongin cewe?” Saya mencoba memancing Adha.

“Apanya yang asik. Pada rese, tau. Cerewet. Ngegodain Mamas aja,” ceritanya agak kesal. Saya tertawa kecil.

Memang, sepengamatan saya, Adha agak populer di antara teman-temannya. Beberapa kali saya ke sekolah, memang tampak ada di antara temannya yang perempuan, agak sibuk mencari perhatian. Tapi, tak pernah saya masalahkan. Memang masanya, seumuran itu mulai suka dengan lawan jenis. Dan saya juga tidak khawatir terhadap Adha. Bila saatnya tiba, pasti dia tak akan sungkan untuk cerita.

Hmmm… Perbincangan yang seru juga. Memberi banyak informasi buat saya untuk lebih memahami Putra semata wayang itu. Semoga kedekatan ini mampu mengebalkannya dari perilaku menyimpang teman-temannya.

 

 

Sumber referensi :

1. Acara bincang-bincang dengan Adha

2. Hikmah pengalaman pribadi

 

#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply