Hari ke-17 Level 10 : Cerita di Balik Rangking

Hari ke-17 Level 10 : Cerita di Balik Rangking

Menyedihkan memang, jjika kualitas seseorang dilabeli hanya sebatas rangking yang dicapainya.Tanpa mempertimbangkan manfaat yang sudah diberikan pada sekelilingnya.

~Alifadha Pradana~

 

Kemarin dan hari ini adalah jadwal pembagian rapor di kota kami. Sepanjang perjalanan menuju kantor, tampak paras-paras sumringah yang bahagia. Walau tak sedikit pula yang terlihat menampakkan wajah suram nan kelabu.

Di kantor pun cerita berkisar tentang rapor ini. Ada ibu yang dengan bangga menceritakan tentang anaknya yang mencapai rangking 5 besar di kelasnya. Padahal, sampai Minggu kemaren dia masih mengeluhkan anak yang sama yang ternyata masih ngompol di usia sekolah.

Ada bapak yang lainnya lagi yang bercerita dengan agak sedih, mengenai anaknya yang hanya rata-rata di sekolah. Padahal, saya tahu persis anakanya itu sungguh anak yang sopan, ramah dan senang membantu.

Ada juga cerita lainnya tentang rangking anak yang luar biasa. Padahal banyak orang tahu, anak tersebut sangat tidak hormat terhadap orang tuanya dan sering mengganggu teman-temannya.

 

Gambar : Rapor Adha

Saya tidak pernah bermaksud merendahkan anak-anak dalam beberapa ilustrasi tadi. Saya hanya ingin memberi gambaran betapa masih dangkalnya kita dalam memandang sebuah prestasi. Khususnya prestasi yang dicapai anak-anak kita. Apalagi yang benar-benar diagung-agungkan hanyalah prestasi yang disimbolkan oleh rangking di rapor tadi.

Padahal, saat anak-anak kita menjalani hidupnya di dunia nyata, tak ada pengaruh apa-apa rangking 5 besar yang dimilikinya dengan keterampilannya menyelesaikan pekerjaan. Rangking tinggi juga terbukti tidak signifikan dengan kemampuan komunikasi dan negosiasi yang sebenarnya lebih dibutuhkan di kehidupan nyata.

Jadi, marilah berhenti menilai anak-anak kita hanya sekedar dari angka rangking di sekolah yang didapatnya. Tapi, pupuklah rasa bangga terhadap anak ketika dia berhasil lepas dari situs misalnya, meskipun dia belum bisa berbicara dengan lancar. Atau, apresiasi anak kita yang sudah rutin sholat 5 waktu tanpa disuruh, walaupun nilai-nilai pelajaran di sekolahnya hanya di angka rata-rata.

Ya… Marilah kita ubah paradigma dalam memandang prestasi anak-anak kita. Dari yang hanya sekedar angka akademik menjadi nilai atas kemampuannya mengendalikan emosi atau terhadap keterampilannya menyelesaikan masalah. Karena semua itu lah yang lebih dibutuhkan anak-anak kita untuk bisa menjalani hidupnya dengan baik.

 

Sumber Referensi :

1. Pengalaman hidup sehari-hari
2. Cerita seputar lingkungan
3. Beberapa browsingan bebas
4. Materi di Institut Ibu Profesional

 

#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply