Hari ke -1 Level 10 : Belajar Melalui Kisah

Hari ke -1 Level 10 : Belajar Melalui Kisah

Cara belajar paling murah, mudah dan menyenangkan, namun tetap efektif adalah melalui cerita/kisah. Tetapi, sedikit sekali yang tahu dan memanfaatkannya.

~ Alifadha Pradana ~

 

 

Tanpa terasa, pembelajaran kami di Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional sudah memasuki level 10. Dan hari ini pun, sudah masuk hari pertama tugas tantangan 10 hari nya.

Memahami tugas tantangan 10 hari kali ini, bahwa kami harus mendongeng setiap harinya, ternyata tidak seseram yang saya bayangkan semula. Karena jujur, saya tidak pandai mendongeng. Maksud saya, jika kemampuan mendongeng adalah cara bercerita seperti para dalang yang punya banyak jenis suara atau bagai Ratu Dongeng yang bercerita dengan irama suara indah mendayu-dayu dan naik turun sesuai lakon cerita, nilai saya pasti jelek untuk level ini. Karena saya memang tidak pintar bercerita.

Dalam kehidupan pergaulan saya sehari-hari pun, mesi cerewet dan cenderung ingin menguasai pembicaraan, saya sebenarnya lebih suka mendengarkan, mengamati dan memberi sedikit respon. Dan bila diminta memberikan solusi, biasanya juga selalu saya lakukan secara langsung dan blak-blakan. Jarang sekali, saya menggunakan penggambaran situasi menggunakan kisah apalagi dongeng dan legenda. Jadi, dari segi sifat, tugas level #10 ini memang sungguh-sungguh MENANTANG.

Tapi bukan saya namanya, jika menghindar dari tantangan. Sesulit apa pun tantangannya, saya selalu terbiasa menerima. Sebagian karena ingin membuktikan bahwa saya mampu. Bagian lainnya karena saya selalu ingin terus menggali kemampuan diri. Sesuai moto yang selalu saya pegang, “Kita tidak pernah tahu kemampuan yang  dimiliki, tanpa mencobanya. Dan kebanyakan orang, tidak mau mencoba kecuali dipaksa.

Jadi, karena hari ini putra semata wayang saya sedang menginap di rumah sahabatnya, kisah kali ini adalah untuk diri saya sendiri.

Nah, jika harus menggunakan kisah, perumpamaan tantangan saya yang merasa tidak mampu bercerita adalah melalui Kisah Sang Putri Biru yang Pemalu.

Alkisah, dahulu kala ada seorang raja yang memiliki 5 orang putri yang cantik jelita. Kita sebut saja Putri Merah, Putri Kuning, Putri Hijau, Putri Putih dan Putri Biru. Setiap putri ini masing-masing memiliki  pengasuh yang selalu mendampingi dan membantu mereka sehari-hari.

Selain cantik, para putri ini semuanya cerdas dan serba bisa. Karena Sang Raja mendatangkan berbagai guru untuk mengajarkan mereka berbagai ilmu. Tidak hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga pelajaran menari, bernyanyi, menyulam dan masih banyak lagi.

Setiap selesai satu jenis pelajaran, biasanya Ayahanda  Raja selalu mengumpulkan mereka untuk menunjukkan kemajuan pendidikannya. Dan mereka, dengan senang hati dan bangga selalu memperlihatkan semuanya kepada Ayahanda raja, kecuali Sang Putri Biru yang pemalu.

Putri Biru bukannya tidak bisa melakukan semua yang kakak-kakaknya tunjukkan. Dia hanya malu dan tidak mampu menunjukkannya. Karena, ketika dia harus menunjukkan kepandaian menari misalnya, sebelum tampil, sang Putri Biru selalu gemetar ketakutan,  bahkan keluar keringat dingin dan nyaris pingsan. Begitu selalu yang terjadi, setiap kali Ayahanda Raja meminta para putrinya menunjukkan kemajuan pelajaran yang mereka terima. Sayangnya, Sang Ayahanda Raja tidak pernah tahu kesulitan putrinya, sehingga beliau selalu menyangka Sang Putri Biru sangat tertinggal dibanding saudaranya yang lain.

Sang Putri Biru sangat sedih, karena Ayahanda Raja kecewa menyangka dirinya tidak mengalami kemajuan apa-apa. Sehingga dia menceritakan kesedihannya ini kepada Sang Pengasuh setia.

“Bibi, apa yang harus aku lakukan, supaya ayahanda tidak menyangka aku bodoh dan tidak mendapat kemajuan apa-apa dalam setiap pelajaran?” Sang Putri bertanya sambil menangis tersedu kepada Sang Pengasuh setia.

“Putri Biru tersayang, kenapa memangnya Kau tak bisa menunjukkan kemampuan yang dimiliki kepada Ayahanda Raja?” Bibi pengasuh bertanya dengan lembut.

“Bagaimana bisa, Bibi. Setiap kali aku ingin menunjukkannya pada Ayahanda, saat itu pula tubuhku gemetar dan keluar keringat besar-besar dari wajah dan telapak tangan. Bahkan, kadang-kadang aku nyaris pingsan,” jawab Putri Biru sambil masih tersedu. Bibi pengasuh diam mendengarkan dan mengamati putri asuhannya dengan sayang.

“Putri Biru sayang, apa sebenarnya yang kau takutkan? Menurut Bibi, semua yang kau rasakan adalah karena kau takut memperlihatkan apa yang diminta Ayahanda Raja.” Bibi Pengasuh mencoba menggali masalah yang dihadapi Sang Putri. Putri terdiam.

Takut? Apa benar begitu? Tapi sepertinya, apa yang dikatakan Bibi pengasuh memang benar. Selama ini Putri Biru takut membuat kesalahan saat menunjukkan tarian. Dia juga takut lupa saat harus menyanyikan sebuah lagu. Dan dia memang teramat takut, masakan yang dia siapkan rasanya tidak enak. Ya, dia memang takut gagal menunjukkan pada Ayahandanya.

Sang Putri akhirnya menceritakan semua yang dirasakannya selama ini kepada Bibi Pengasuh. Bibi Pengasuh terdiam beberapa saat, berpikir, apa yang sebaiknya dilakukan sang Putri untuk menghilangkan ketakutan itu. Dan kemudian dia terpikirkan sebuah cara.

“Putri Biru, bagaimana jika sebelum menunjukkan kepada Ayahanda Raja, kau melatihnya lebih dahulu di depan cermin. Kalau kau melakukannya di depan Bibi, pasti tidak percaya kalau Bibi bilang kau tidak melakukan kesalahan. Satu-satunya cara adalah kau melatihnya sendiri di depan cermin. Jika memang kau membuat kesalahan, ulangi lagi dari awal. Lakukan terus sampai kau yakin sudah melakukannya seperti yang kau inginkan.” Begitu jalan keluar yang diberikan Bibi Pengasuh.

 

 

Putri Biru kemudian mencoba melakukannya. Sekali, dua kali dia masih ketakutan. Tapi karena memang bukan melakukan di depan ayahandanya, perlahan ketakutannya menghilang. Dan setelah melakukannya beberapa kali, Sang Putri Biru akhirnya merasa dia mampu melakukannya di hadapan Ayahanda Raja.

Kemudian, memang terbukti. Setelah berlatih sendiri di depan cermin, dia bisa lebih santai melakukannya di depan ayahandanya, karena dia sudah yakin tidak akan membuat kesalahan lagi.

Dan Ayahanda Raja juga bahagia melihat putri bungsunya ternyata tidak tertinggal pelajarannya dari saudaranya yang lain.

 

Jadi, begitu lah. Dari kisah di atas, yang saya imajinasi kan sendiri, saya bisa mengambil pelajaran. Sehingga bila di kemudian hari menghadapi lagi kesulitan yang sama, saya akan berkata pada diri sendiri. “Berlatihlah sendiri di depan cermin, berkali-kali, sampai kau yakin, kau telah menguasainya dan tidak malu menampilkannya.”

 

Sumber Referensi :

1. Tugas tantangan 10 hari level #10 Bunda Sayang

2. Perjalanan hidup sehari-hari yang saya jalani

3. Cerita imajinasi yang dibuat sendiri

 

#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply