Kreativitas memungkinkan kita
berpikir jauh ke depan.
Bahkan dengan cara
yang tidak umum
~ Alifadha Pradana ~
Terkadang memang susah memusatkan perhatian pada keinginan anak, ketika kita masih terbelenggu pemikiran bahwa yang kita lakukan merupakan yang terbaik untuk anak. Padahal, yang nantinya akan melakukannya adalah anak, bukan kita. Seperti itu juga yang aku rasakan ketika Adha menolak melakukan apa yang disarankan. Apalagi bila sebelumnya dia antusias melakukannya.
Seperti yang terjadi hari ini. Yang selama ini saya amati, Adha senang dengan aktivitas yang banyak menggunakan ototnya. Dia memang senang bermain sepak bola, futsal berenang dan banyak aktivitas fisik lainnya. Akhirnya, karena Adha juga setuju kami memasukkannya ke sebuah klub bola – SSB di kota kami. Tapi hari ini, dia meminta izin untuk tidak melanjutkan SSB
“Mah, Mamas mau keluar aja dari SSB, ya?” Tanyanya tadi pagi. Aku terkejut.
“Memang kenapa? Kan kamu sendiri yang dulu minta?””
“Cape, Ma. Badan Mamas juga pegal semua.
“Kan, Mama pernah bilang, tak satu pun pekerjaan yang tidak melelahkan bila dikerjakan. Semua selalu ada konsekuensinya. Tinggal kita memilih kegiatan yang ingin dilakukan sesuai konsekuensinya.” Aku memberi sedikit pemahaman buat Adha.
Terus terang, mendengar permintaan Adha untuk berhenti SSB, darah seperti naik ke kepala. Marah. Karena berarti, semua yang sudah dilakukan terbuang sia-sia. Sebelumnya mungkin aku tetap memaksa dia untuk meneruskan SSB. Tapi, sekarang aku sedang belajar menjadi ibu profesional, berusaha mengendalikan diri. Meski kecewa, aku mencoba memahami keinginan Adha. Memang tidak serta-merta mengabulkan permintaannya. Siapa tahu, ini hanya salah satu fase kebosanan saja. Jadi, aku akan membiarkan putraku itu, istirahat dari kegiatan SSB selama satu pekan ini. Untuk selanjutnya, mudah-mudahan akan ada pencerahan yang bisa dilakukan.
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative
No Responses