As A Mentee
Sebagai seorang mentee di bidang public speaking, berbicara tentu wajib hukumnya. Artinya proses silaturahmi via video call harus dilakukan supaya mentor Saya bisa melihat langsung cara Saya berbicara dengan orang lain.
Sayangnya, jadwal saya pekan ini agak padat akibat melonjaknya kasus penyakit DBD yang datanya menjadi tanggung jawab Saya. Akhirnya perbincangan melalui video call baru bisa berlangsung di Hari Rabu.
Dan semua mengalir begitu saja.
Mentor Saya pintar menjelaskan dan menyemangati kemampuan berbicara yang Saya miliki. Bahwa setiap orang – bagaimana pun cara berbicaranya, adalah unik. Tinggal bagaimana Kita menyiasati teknik lainnya yang memang bisa diperbaiki dan dikembangkan.
Jujur, berbicara di depan umum dengan standar pembicara-pembicara yang baik, belum termasuk keterampilan yang Saya kuasai. Padahal dengan begitu banyaknya peran yang diambil, kemampuan berbicara di depan banyak orang terasa menjadi kebutuhan mendesak yang harus Saya dahulukan. Sehingga meskipun hanya masuk dalam mind map awal Saya. Akhirnya public Speaking menjadi keterampilan yang akan saya kembangkan.
Dengan dimentori oleh Mba Indah yang sudah malang melintang di dunia public speaking, Saya berharap bisma mencapai perubahan yang lebih baik dalam kemampuan berbicara ini. Paling tidak, Saya bisa memperbaiki intonasi dan mengendalikan kecepatan bicara saya. Dua hal yang menurut Saya bisa diperbaiki dalam waktu 6 pekan ke depan.
Dan ini lah form pembelajaran yang diterapkan
Sumber Gambar : Form Pembelajaran Public Speaking dalam program mentorship Bunda Cekatan
Jadi, meski tujuan akhir dari pembelajaran public Speaking adalah menjadi pembicara yang andal dan menginspirasi paling tidak, busa memberi manfaat buat audiens, goal Saya untuk mentorship ini yaitu supaya bisa berbicara lebih lambat dengan intonasi yang menyenangkan dan membuat orang nyaman. Rasanya, Itu goal yang cukup realistis untuk Saya capai dalam 6 pekan ini.
Semoga Saya bisa melakukannya ya
As A Mentor
Dengan 4 mentee yang memilih saya menjadi mentor mereka, tadinya Saya pikir bakal membuat jadwal Saya padat. Karena menurut Saya, melaksanakan 4 program mentorship bukan pekerjaan ringan. Namun ternyata, malah para mentee yang agak lambat menanggapi.
Form self assessment yang Saya sebar pun, agak lambat untuk diisi. Tapi, mungkin itu alasannya mereka memilih mentorship manajemen waktu ini. Supaya lebih bisa menjalani aktivitas dengan waktu optimal.
Sebagai gambaran, ini format self assessment yang Saya bagikan beserta flyer tip manajemen waktu yang pernah Saya buat.
Sumber Gambar : Format Self Assessment Manajemen Waktu ala Saya
Sumber Gambar : Flyer Manajemen Waktu
Dari format Self Assessment di atas, Saya bisa sedikit mempelajari kemampuan manajemen waktu yang dimiliki teman-teman mentee. Dan kebanyakan tidak terbiasa menggunakan satu pun metode manajemem waktu yang Saya adopt, kecuali satu orang.
Dan setelah berbincang videocall baru ketahuan, kalau mentee satu ini sudah sama terbiasanya dengan saya menggunakan jadwal dan to do list. Karena Sepertinya sudah terlambat untuk mencari mentor lain yang sesuai minat nya yaitu Manajemen waktu online, Akhirnya Saya tawarkan untuk melakukan peer mentorship.
Tetapi untuk 3 mentee lainnya, Sepertinya Saya harus menggali lebih dalam lagi mengenai metode manajemen waktu yang biasa mereka lakukan. Karena dari format self assessment yang diberikan, hanya diisi jawaban singkat saja. Dan tanpa perbincangan secara mendalam, sulit bagi Saya membantu mereka menemukan bagian yang menjadi kendala dan butuh perbaikan.
Semoga di waktu selanjutnya informasi ini bisa tergali.
#jurnalke1
tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional
Referensi :
- Materi tahap kupu-kupu muda kelas Bunda Cekatan
- Format mentorship public speaking
- Format Self Assessment Manajemen Waktu
- Pengalaman pribadi
No Responses