Dengan berbelanja bersama keluargaada banyak kesempatan yang dicapai.Kebersamaan, belajar bersama anak-anakuntuk merencanakan, menghitung anggaran belanja,memilih produk juga memupuk kepercayaantentang melakukan transaksi keuangan.~ Alifadha Pradana ~
Sebelum berangkat, Adha menanyakan uang yang dibawa.
“Mamah, emang ada uangnya, Mas pengen beli sepatu yang harganya 200an.” Tanyanya memulai perbincangan.
“Ada.” Saya hanya menjawab singkat
“Sekalian ama kaos kakinya ya?”
“Iya.”
“Ama sendal juga, boleh?”
“Boleh.” Saya terus menjawab dengan singkat.
“Emang, uangnya ada? Mamah bawa berapa?” Adha mulai bertanya penasaran.
“Seratus lima puluh.” Saya menjawab sambil tersenyum. Hanya menjawab sejumlah uang yang memang jatah belanja hari ini. Tetapi, di tas juga sudah saya selipkan uang simpanan harian, untuk berjaga-jaga, jika tidak sempat mengambil ke ATM, sementara uang belanjanya kurang.
“Iiih, mana cukup? Buat beli sepatu aja, ga cukup kok?”
“Ya, lihat aja nanti. Mas milih aja yang mau dibeli. Kalau ternyata uangnya ga cukup, Mama ambil lagi di ATM.”
“Emang uang di ATM, berapa?” Kejarnya lagi. Saya hanya tersenyum. Tidak ingin menjawab. Bisa, dia nanti minta dibelikan apa saja, karena menganggap mamanya punya uang.
Akhirnya kami tiba di toko olahraga. Sayangnya setelah beberapa mencari, sepatu yang diinginkan Adha, tidak ada. Jadi kami berangkat naik angkot, ke toko lainnya.
Di toko olahraga yang cukup jauh dari tempat tinggal kami, akhirnya Adha memilih semua yang diinginkannya. Dan ada lagi tambahannya yaitu manset hitam. Terpaksa, uang yang saya siapkan hanya untuk berjaga-jaga, terpakai juga. Tetapi, memang tidak jadi mengambil ke ATM.
Adha mulai menghitung.
“Sepatu 130.000. Manset, 55.000. Kaos kaki 2 buah, 36.000. Sendal, 45.000. Mamah, semuanya jadi 266.000. Uangnya ada ga?” Tanyanya khawatir selesai menghitung.
“Ada.” Jawab saya sambil mengeluarkan uangnya.
“Iih, Mama bohong. Katanya tadi cuma bawa 150.000.” dia mengkonfirmasi “Oooh, uang celengannya dibawa ya?” Ralatnya setelah melihat saya mengeluarkan uang pecahan 20 ribuan.
Dia memang tahu bahwa saya berusaha menyimpan uang pecahan 20.000 yang didapat dari kembalian belanja. Tujuannya hanya sebagai uang simpanan serbaguna, yang bisa dipakai saat membutuhkan.
Setelah membeli perlengkapan Adha, kami berpindah ke mall besar yang ada di kota kam, dan berbelanja kebutuhan bulanan. Tapi, karena bulan sebelumnya saya membeli agak berlebih, kali ini saya hanya membeli barang-barang yang sudah habis saja, dari kotak persediaan.
Karena uang tunai memang sudah terpakai semua, akhirnya saya berbelanja menggunakan kartu debet. Adha bertanya agak heran.
“Mama, jadinya bayarnya pake apa?”
“Ya, pake uang. Nanti dipotong dari rekening mama.”
“Emang uang di rekening Mama banyak?”
“Ga banyak. Tapi cukup untuk membayar jumlah belanja tasi”.”
“Oooh. Begitu.” Adha hanya manggut-manggut lucu. Saya tersenyum sambil menggandengnya keluar dari pusat pembelanjaan.
No Responses