Sebelum mendidik anak kita menjadi bintang,kita harus punya keyakinan dulu,bahwa anak kita memang seorang bintang,yang bersinar dengan cahayanya masing-masingdan siap menyinari sekelilingnya.~ Alifadha Pradana ~
“Nanti dulu. Mas belum fokus, udah ditanyain. Uang saku itu apa?” Adha balik bertanya.
“Begini, kalau biasanya Mama ngasih kamu bekal 10 ribu sehari. Ditambah dengan uang untuk menabung 5 ribu sehari, juga biaya futsal 15 ribu setiap minggu. Kalau dalam bentuk uang saku, bekal itu akan dijumlahkan untuk beberapa hari, satu minggu misalnya.” Jawab saya.
“Jadi, Mamas akan dapat uang saku 10.000 kali 7 hari, 70.000 Ditambah 5.000 kali 6 hari, 30.000, trus ditambah 15.000 jadi 115.000, begitu?” Adha menghitung sendiri untuk memastikan.
Saya hanya mengiyakan.
“Tapi, kalau nanti cepat habis gimana?” Adha mengemukakan kekhawatirannya.
“Itu, tujuannya Mama ngasih uang saku. Agar kamu belajar mengelola uang, supaya cukup untuk satu minggu. Syukur-syukur bisa sisa. Sehingga berarti kamu efektif menggunakan uang. Mama yakin, Mamas bisa kok. Kan, uang bekal yang Mama kasih selama ini pun, kadang-kadang masih tersisa, dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.” Saya berusaha menyemangatinya.
“Oke, lah” jawab Adha akhirnya.
“Berarti, mulai Minggu malam nanti, Mama mulai ngasih uang saku untuk Senen sampai Minggu berikutnya, ya?”
“Iya. Ya udah, sekarang Mas mau tidur dulu. Mudah-mudahan aja, ga langsung mas habisin uangnya.” Jawabnya lucu.
Saya hanya tersenyum mendengarnya. Kadang-kadang putra semata wayang ini memang suka menggoda orang tuanya. Tapi saya yakin dia mampu menjalani proses pengelolaan uang saku ini. Karena selama ini pun, uang yang dipegangnya rada awet dimilikinya.
Bismillah, mudah-mudahan Allah SWT memberikan kemudahan dan kelancaran. Aamiin…
No Responses