Kita tidak bisa memaksakandefinisi suatu konsepkepada orang lain.Karena konsep harus dipahamidan bukan untuk dihafal.~ Alifadha Pradana ~
Hari ini saya izin tidak masuk kantor, karena kondisi kesehatan yang agak terganggu. Mungkin, karena beberapa hari ini energi diforsir untuk menyelesaikan beberapa deadline kegiatan, hingga mencapai ambang batasnya. Sehingga akhirnya tubuh ngedrop juga.
Meskipun sudah izin sakit, ternyata, tetap saja tidak bisa istirahat total. Dengan semakin mudahnya akses komunikasi, menyebabkan kita dapat tetap menyelesaikan pekerjaan di rumah dan mengirimkannya ke kantor. Dan seperti itulah yang saya lakukan. Mau tidak mau alias terpaksa. Karena data ditunggu hari ini juga, sebagai bahan ekspos pimpinan di esok harinya.
Tetapi, aktivitas ngantor di rumah, ternyata harus dihentikan sesudah saya beres mengirimkan laporan. Karena listrik mati, otomatis semua kegiatan yang membutuhkan energi listrik, harus distop. Syukurlah. Saya jadi bisa beristirahat.
Namun, akibat salah mengkonsumsi kopi, yang menurut referensi suami, bisa meredakan flu, malah membuat saya tidak bisa tertidur sekejap pun. Apalagi, penyakit maag kronis yang saya derita, ikut memperparah efek sampingnya. Hmmm… Sepertinya saya harus lebih teliti, bila ingin menerapkan terapi yang belum pernah dilakukan.
Sorenya, setelah selesai sholat Maghrib dan listrik sudah hidup kembali, seperti biasanya Adha menceritakan pengalamannya seharian. Dia menceritakan proses pengerjaan tugas dari gurunya yang di-update esok harinya. Tugasnya adalah mengenai besaran pokok dan besaran turunan. Dan, masih menurut cerita Adha, meskipun dia menjawab asal, ternyata jawabannya benar. Mungkin sebetulnya bukan jawaban asal. Tetapi, dia belum mengerti bahwa dia sudah paham tentang konsep dari tugas yang diberikan. Kejadian ini jadi mengilhami saya untuk memberikan pemahaman tentang konsep kepada Adha.
“Jadi, apa definisi besaran pokok dan besaran turunan?” Saya bertanya memancing.
“Ya… Besaran yang pokok dan besaran yang diturunkan.” Jawabnya bingung.
“Itu, namanya jawaban asal. Sekarang begini. Contoh dari besaran pokok apa?”
“Panjang, lebar dan tinggi.” Sekarang Adha menjawab pasti.
“Kalau contoh besaran turunan?”
“Luas, volume, kecepatan dan lain lain.”
“Kalau luas, volume dan kecepatan dapatnya dari mana?”
“Luas didapat dari panjang kali lebar. Volume dari panjang kali lebar kali tinggi. Kecepatan dari jarak dibagi waktu tempuh.”
“Hmmm… Jadi, besaran turunan itu apa?”
Adha tampak berpikir keras
“Ya, dengan menggabungkan beberapa besaran pokok.” Jawabnya akhirnya.
“Betul. Jadi besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. “
“Sekarang, kalo besaran pokok itu apa?”
Adha masih kebingungan…
“Mama coba bantu lagi. Kalo nilai matematika kamu, termasuk besaran apa?”
“Besaran pokok.”
“Berat badan kamu?”
“Besaran pokok juga.”
“Uang yang Mamah kasih?”
“Besaran pokok juga.”
“Nah, berat badan, jumlah uang, nilai matematika dapatnya dari mana?”
“Ya, berat badan dari nimbang di timbangan. Kalo jumlah uang dan nilai matematika kayaknya dari menghitung.”
“Betul. Jadi sekarang kamu sudah paham kan, tentang besaran pokok dan besaran turunan?”
“Besaran pokok didapat dari mengukur atau menghitung. Sedangkan besaran turunan didapat dari menghitung beberapa besaran pokok. Benar ga, Mah?”
“Seratus buat anak Mamah.” Saya tersenyum mengapresiasi jawabannya.
Meskipun mungkin jawaban dan penjelasan di atas tidak sama persis dengan definisi menurut buku. Tapi juga tidak salah sama sekali. Yang penting Adha paham tentang konsep masing-masingnya.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
No Responses