FAMILY PROJECT HARI KETUJUH

FAMILY PROJECT HARI KETUJUH
Marah itu mudah
Tetapi, marah kepada siapa, 
dengan kadar kemarahan yang murni
pada saat dan tujuan yang tepat
serta dengan cara yang benar
Itu sulit

~Aristoteles~
 

Pembelajaram Family project hari ketujuh ini aku tandai dengan kemampuan memperbaiki kesalahan dan menyusun rencana yang fleksibel.

Ceritanya, hari ini aku telah membuat kecewa diriku sendiri, dengan mengeluarkan nada tinggi saat menghadapi tindakan anakku yang tidak sesuai dengan keinginan. Meski dengan alasan beban pikiran dan kelelahan pun, tidak membuat kemarahan menjadi solusi untuk memperbaiki sesuatu. Karena kepatuhan yang mungkin didapatkan biasanya semu, belum lagi perasaan yang terluka akibat dimarahi. Tapi semua memang terlanjur terjadi.

Ketika aku mengetahui bahwa Adha tidak mematuhi pengurangan waktu bermain hape yang memang sudah ditentukannya sendiri, membuat aku mempertanyakan komitmennya. Namun, anakku itu menolak mengakui bahwa dia sendiri yang merubah jadwalnya bermain hape. Saat itulah aku mengeluarkan kekecewaanku dengan nada tinggi.

Saat itu aku benar-benar marah. Aku kecewa anakku tidak tepat janji. Juga karena putraku itu, masih begitu mementingkan keinginan bermain hape dibanding menyiapkan diri menghadapi UN. Dan akhirnya beberapa kesalahan yang dalam komunikasi produktif, telah aku lakukan.

Meskipun setelah itu Adha mau menegosiasikan waktunya bermain hape, aku tahu kerelaan itu bukan karena menyadari pentingnya persiapan menghadapi UN, tapi semata karena takut atas kemarahan dan ancamanku yang akan menyita hapenya bilà dia tetap bersikukuh dengan keinginannya. Tapi daruratnya waktu membuat aku sedikit mengabaikan hal itu.

Yang jelas, aku berhasil mengikat komitmen Adha untuk mengurangi waktunya bermain hape dengan belajar sebagai persiapan menghadapi UN, secara tertulis. Dia sendiri yang menulisnya. Meski keberhasilan ini dibayang-bayangi keterpaksaan, biarlah. Karena pertimbanganku saat itu semata-mata akibat keterdesakan waktu.

Namun, setelah kemarahanku reda, aku menyadari telah melukai hati anakku dan mungkin sudah membuat parut bekas luka yang tidak akan mudah terhapus. Aku kemudian berusaha memperbaikinya dengan meminta maaf pada Adha atas semua kemarahanku, dan menjelaskan semua alasan yang memicu hal itu. Anakku ternyata menangis mendengar pengakuanku. Dia pun kemudian ikut meminta maaf atas kesalahannya. Akhirnya kami saling memaafkan sambil berpelukan. Mudah-mudahan kerendahan hatiku ini, bisa sedikit melipur luka yang ada.

Kemudian setelah merenung beberapa menit setelahnya, aku menyadari, seharusnya aku membuat paket pembelajaran Adha untuk menyiapkan dirinya menghadapi UN dengan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Sehingga ia pun akan mengurangi waktunya bermain hape dengan ikhlas hati. Berarti aku harus menyusun sendiri metode pembelajaran yang menyenangkan, agar Adha akan belajar dengan senang hati. Hmmm!… Ini pasti pekerjaan berat buat aku. Tapi, demi kemajuan putraku, aku harus berusaha keras merealisasikannya. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kesabaran. Aamiin…

#TantanganHariKe6
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply