Cara cerdas menghabiskan uang
adalah membelanjakannya untuk aset,
modal masa depan dan kegiatan spiritual.
Karena pada akhirnya, semua hal tadi
akan kembali juga pada kita.
~ Alifadha Pradana ~
Kalau soal membelanjakan uang, sepertinya Adha lebih rasional dibanding saya. Karena setiap kali dia ingin memiliki barang, pertanyaan yang selalu diajukannya terlebih dahulu adalah, “Mama punya uang, ga?” Kalau saya menjawab punya, baru dia menyampaikan keinginannya. Tetapi, jika saya mengatakan belum punya uang, dia akan bilang, “Nanti kalau mama punya uang, beliin Mamas ini…” Begitu.
Memang dulu-dulu saya belum terbiasa mengarahkan anak untuk langsung meminta pada Allah. Karena yang saya yakini waktu itu, kami sebagai orang tua, hanya merupakan perantara Allah memberikan rezeki untuk anak-anak. Jadi, jika pun meminta pada kami, sama saja dengan meminta pada Allah. Keyakinan ini membuat saya lupa, bahwa jika orang tua memang hanya perantara, kenapa tidak langsung meminta pada Sang Maha Pemberi? Semoga, mulai sekarang saya bisa memperbaiki pemahaman ini.
Kembali lagi mengenai belanja, sepertinya Adha memang lebih realistis dari saya. Dia masih bisa menahan diri untuk membeli barang yang diinginkannya, jika memang belum waktunya atau karena dananya belum mencukupi. Sedangkan saya, yang pernah merasakan kekecewaan akibat tidak bisa memiliki barang-barang yang saya inginkan, terkadang tak bisa mengekang diri, saat memiliki uang lebih. Hal seperti ini biasanya terjadi ketika berhadapan dengan tumpukan buku dan bahan pakaian.
Ya, 2 hal itu memang godaan terbesar untuk saya. Tapi, bisa lah disebut bahwa saya sedang mengumpulkan aset untuk impian masa depan. Karena, saya punya impian memiliki rumah makan yang bersebelahan dengan perpustakaan, di mana orang bisa makan dengan santai masakan-masakan favorit sambil membaca buku-buku menarik. Selain itu, juga impian ketika nanti pensiun dini, saya ingin punya bisnis pakaian dengan style dan merk saya sendiri. Jadi, ketika punya uang lebih atau bahkan mengusahakan uang ekstra untuk membeli dua barang ini kapan saja dan di mana saja.
Semua kondisi ini membuat saya menyimpulkan bahwa sikap belanja tiap orang juga dipengaruhi beberapa hal
- Keadaan masa lalu. Seperti yang terjadi pada saya, keadaan masa lalu yang kekurangan bisa membuat orang cenderung membiarkan diri sendiri atau orang-orang di sekitarnya, memenuhi keinginannya, saat kondisinya membaik.
- Keuangan yang baik. Kondisi keuangan yang baik, yang memungkin untuk memenuhi baik kebutuhan maupun keingunan, akan cenderung membuat orang lebih permisif terhadap keinginannya.
- Kemudahan Teknologi teknologi di masa kini yang cenderung mempermudah orang melakukan transaksi, bahkan tanpa meninggalkan rumah, membuat manusia modern lebih fleksibel dalam memenuhi keinginannya.
- Arus globalisasi informasi. Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, begitu mudahnya kita menerima informasi menarik dari belahan bumi mana pun juga yang seringkali membuat kita mudah terbujuk untuk membeli berbagai barang maupun jasa.
- Rencana Hidup. Yang juga terjadi pada saya, rencana untuk membuka rumah makan plus perpustakaan dan bisnis pakaian, membuat saya terkadang menghabiskan banyak uang untuk membeli barang-barang yang berhubungan dengan rencana hidup saya.
Jadi, untuk tetap memegang kendali atas apa yang ingin kita belanjakan, sebaiknya kita menyadari keberadaan kelima poin tadi, kemudian mengambil yang baiknya dan membuang yang buruk, sebagai dasar pertimbangan, agar terhindar dari shopaholic.
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
No Responses