Harusnya kesabaran itu seperti keinginan,
tak ada batasnya.
Yang bertapal batas cuma kebutuhan.
∼ Sujiwo Tejo ∼
Ada kalimat bijak mengatakan, “Hiduplah sesuai kebutuhan jangan hidup sesuai keinginan”. Karena kebutuhan hanya sebatas pemenuhan fisik dan ragawi manusia, sedangkan keinginan tak akan pernah ada batasnya. Pepatah tadi memang benar adanya. Saya sendiri pun mengakui kebenarannya. Tetapi terkadang, saya terbujuk untuk memenuhi keinginan, meskipun kebutuhan sudah terpenuhi. Seperti contohnya, saya butuh tas untuk berbagai aktivitas. Sebenarnya kebutuhan akan tas ini cukup satu untuk berbagai aktivitas tadi. Tapi seringkali dan memang kerap saya biarkan keinginan menguasai saya, Sehingga, masih terus saja membeli tas baru yang saya inginkan.
Hal yang sama juga berlaku terhadap sepatu dan pakaian. Meskipun sesungguhnya kita hanya membutuhkan satu atau dua pasang sepatu dan beberapa helai pakaian yang cukup untuk dipakai bergantian. Tetapi, banyak orang yang masih saja terus membeli sepatu dan pakaian, meskipun lemari dan rak sepatu mereka sudah cukup. Saya juga terkadang seperti itu. Meskipun saya tak pernah membiarkan lemari dan rak sepatu saya, sesak oleh barang. Saya hanya membeli sepatu dan baju, jika sebelumnya telah menyedekahkan sebagiannya yang sudah jarang saya kenakan. Tapi tetap saja, sepatu, tas dan pakaian saya lebih banyak dari yang saya butuhkan. Menurut saya, begitu juga dengan Anda. Benar atau benar…? 🙂
Kembali lagi tentang kebutuhan dan keinginan, terkadang kita tidak harus mengabaikan keinginan, jika memang memungkinkan. Artinya, jika kebutuhan pokok memang sudah terpenuhi, tidak ada salahnya untuk makan di restoran sekali waktu. Bisa sekaligus rekreasi dan ajang kumpul keluarga. Atau membeli tas merk yang memang berkualitas dan tahan lama, sehingga bisa awet bertahun-tahun. Atau juga memiliki beberapa pilihan busana, untuk berbagai kesempatan. Namun, sekali lagi semua itu bisa dilakukan asal syarat dan ketentuannya berlaku. Artinya, uangnya ada dan tidak mengganggu stabilitas Keluarga.
Seringkali memang sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan, apalagi jika dana memang tersedia. Tapi jika terus menerus seperti itu, berapa pun banyaknya uang yang dimiliki, akhirnya habis begitu saja hanya untuk memenuhi nafsu keinginan kita. Dan itu, bukan kecerdasan finansial.
Sehubungan dengan pemenuhan keinginan dan kebutuhan pada anak, menurut pengamatan saya, kondiai putra tercinta itu, dalam batas normal. Artinya, yang diminta Adha kebanyakan memang kebutuhan, bukan sekedar keinginan. Dan meskipun ada keinginan, masih bisa terpenuhi dengan dana minimal.
Tetapi, tentu saja masih menjadi target saya pribadi dan keluarga, dalam hal kecerdasan finansial, untuk bisa membedakan dan mampu memilih antara memenuhi kebutuhan atau keinginan. Dan itu bukan keterampilan sepele, tetapi bukti kematangan emosi dan kendali pribadi.
Jadi, untuk dua hari ke depan, tema ini yang akan saya amati dan kembangkan terhadap diri saya sendiri, untuk anak saya, Adha, juga Mas Zen. Semoga bisa menjadi bekal dalam mengarungi kehidupannya sendiri, nantinya.
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
No Responses