DAY 2 : REMEDIAL DAN REKONSTRUKSI KONSEP REZEKI

DAY 2 : REMEDIAL DAN REKONSTRUKSI KONSEP REZEKI

Tak ada yang lebih membuat penyesalan,

ketika akibat kekeliruan kita,

membuat anak-anak tumbuh dan berkembang tanpa konsep yang benar.

~ Alifadha Pradana ~

 

 

Sebagai umat Islam, saya yakin pasti semua punya konsep yang sama mengenai rezeki, yaitu bahwa hanya Allah SWT saja yang memberikan rezeki kepada semua hamba-Nya. Begitu pula dengan saya. Tetapi bila berbicara tentang aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, jujur belum sepenuhnya sesuai. Karena terkadang saya masih mendahulukan ikhtiar kepada manusia, sebelum meminta pada-Nya.

Sebagai bukti kekeliruan saya, gaji saya sebagai PNS lebih dari separuhnya dipotong pembayaran hutang. Karena, setiap butuh sesuatu, saya langsung mengandalkan kredit bank, tanpa menunggu jalan keluar dari Allah terlebih dahulu. Tapi, terkadang pembelajaran memang mahal dan berat.

Bertahun-tahun seperti itu, Alhamdulillah saya masih selalu bersyukur Allah tak pernah menghukum saya. Kesulitan hidup yang terjadi pun, saya anggap hanya sebagai peringatan terbaik dari Allah. Seiring peningkatan pemahaman saya tentang konsep rezeki ini melalui beberapa dialog batin, yang saya yakini Allah jua yang menggerakannya. Juga dari banyak kejadian yang saya alami, makin meyakinkan saya, bahwa memang Allah lah satu-satunya penentu rezeki saya dan keluarga. Pelan-pelan kami mulai berusaha memperbaikinya. Saat ini, kami sedang mengikhtiarkan jalan rezeki yang InshaaAllah dapat melunasi semua hutang kebodohan tadi. Semoga, kami tidak lagi mengulangi kekeliruan yang sama dan bisa benar-benar memurnikan semua konsep dasar tentang rezeki ini. Semoga Allah SWT meridhoi kami.

Bismillah, saya mulai ikhtiar perbaikan konsep rezeki di hari ini. Karena itu, tadi malam saat saya menemani Adha bersiap-siap untuk tidur, saya mengawali proses rekonstruksinya.

“Mas, Mama mo minta maaf ya, selama ini, tidak memberikan konsep yang benar tentang rezeki. Mamas, mau maafin Mama, kan?” Saya bertanya hati-hati

“Iya, Ma. Tapi, memangnya Mama salah apa?” Adha menjawab permohonan maaf saya sambil balik bertanya polos.

“Mama sudah keliru membiasakan Mamas, meminta pada kami orang tuamu. Membuat kamu percaya bahwa kami yang memberikan apa yang Kamu pinta. Padahal, seharusnya tidak begitu.”

Seharusnya, apa pun yang dibutuhkan dan diinginkan, kita mintakan semuanya pada Allah. Lewat doa setelah sholat fardhu. Melalui sholat-aholat sunnah rawatib. Dengan melaksanakan sholat di sepertiga malam. Juga dengan sengaja melakukan sholat hajat untuk memohon pada-Nya.” Saya terus berbicara pelan menjelaskan pada Adha. Dia hanya mendengarkan dengan takzim.

“Mamas juga selalu berdoa kok, tiap pengen sesuatu.” Adha tiba-tiba nyeletuk saat saya berhenti beberapa jenak untuk mengambil nafas. Saya tersenyum senang mendengarnya.

“Benar begitu? Gimana do’anya?” tanya saya memancing penjelasannya.

“Ya, seperti itulah. Ya Allah, limpahkan rezeki pada orang tuaku agar mereka bisa membelikan barang-barang yang aku inginkan.” Adha menjabarkan kata-kata dalam doanya.

Saya tersenyum bersyukur. Meskipun sesungguhnya, tidak selalu melalui orang tua, Allah mengabulkan keinginan dia. Bisa saja Allah mengabulkannya lewat jalan-jalan rezeki yang lain. Tapi sebagai konsep dasar bahwa Allah saja yang memberi rezeki pada manusia, saya merasa doa Adha sudah cukup mewakili. Tinggal tugas saya untuk membimbingnya dan menerapkannya bersama, agar benar-benar meletakkan semua pengharapan hanya pada-Nya.

 

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply