Kekeliruan pendidikan pada satu generasi
akan membuat lingkaran setan kesalahan
yang bila tidak diputuskan,
juga akan menyebabkan penyesalan berkelanjutan
~ Alifadha Pradana ~
Benar-benar speechless mengikuti diskusi kelompok Srikandi 12 ini. Karena diawali oleh video kebersamaan anak gadis dan ayahnya. Di sana dinyanyikan lagu, jika ayah benar dalam membersamai putrinya, maka bersama ayah lah, cinta pertama sang gadis tumbuh. Juga ayah lah, laki-laki pertama yang memeluk, mencium dan menghujani sang putri dengan cinta dan kasih sayang. Dan itu semua, tidak saya alami. Karena ayah saya, tidak seperti kebanyakan ayah yang lain, punya tanggung jawab terhadap 3 istri dengan 7 putri dan 3 putra. Jadi, bisa dibayangkan beban beliau. Meskipun memang sudah konsekuensi yang mengikuti status yang beliau sandang.
Gambar : Materi kelompok Srikandi #12
Dan dalam keluarga seperti itu lah saya tumbuh. Kelangkaan kehadiran sosok ayah, membuat ibu menempa kami menjadi pribadi yang mandiri. Sebisa mungkin, kami melakukan semuanya sendiri. Baik yang memang merupakan pekerjaan perempuan seperti memasak dan berbenah. Juga pekerjaan laki-laki seperti memperbaiki peralatan rumah tangga dan lain-lain.
Ada baik dan buruknya juga ternyata pendidikan kemandirian seperti itu. Di saat berumah tangga, karena terbiasa mengambil keputusan dan bertanggung jawab sendiri atas nya, saya seringkali tidak sengaja tidak melibatkan suami dalam pengambilan keputusan. Sehingga lama-kelamaan beliau merasa terabaikan. Tapi baiknya pun ada. Karena terbiasa tidak bergantung kepada sesama, saya nyaman saja kemana pun dan melakukan apa pun sendiri.
Sayangnya, apa pun yang tidak seimbang memang tidak baik. Saya pun seperti itu pula. Bisa jadi karena jarang menyaksikan peran ayah dalam pendidikan saya, membuat saya cenderung meremehkan laki-laki. Seakan-akan dengan mudah saya bisa menaklukkannya. Hehehe… Alhamdulillah Allah SWT membimbing saya. Sehingga sebelum telanjur salah arah, saya lebih dahulu mendapat hidayah mendalami Islam secara kaffah. Sehingga meskipun masih harus terus memperbaiki diri, bisa dikatakan masa remaja saya, aman-aman saja.
Tapi, tentu saja itu hanya sebuah keberuntungan, yang tidak dapat kita jadikan sebagai pijakan. Yang lebih penting untuk dilakukan adalah menjaga kebersamaan dengan anak-anak kita. Sambil tetap memasrahkan hasilnya kepada Sang Maha Penentu Hidup. Karena sebagaimana kita, buah hati kita pun memiliki takdirnya sendiri-sendiri. Yang boleh jadi sangat berbeda dengan yang kita inginkan atau rencanakan. Hanya kepada-Nya lah kita kembalikan semua pengharapan…
Sumber Raferensi *
1. Diskusi kelompok 12
2. Materi kelompok 12
3. Hasil kesimpulan pribadi
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#LearningByTeaching
No Responses