Kebijakan WFH sejatinya hanya memindahkan lokasi kegiatan saja. Sedang untuk aktivitasnya, bisa sama saja. Kecuali untuk mereka yang kerap mengerjakan tugas lapangan untuk melacak dan mengintervensi kasus.
~Sri Prihatiningsih~
Waah sudah hari ke delapan. Ga terasa ya. Menjalani tantangannya sendiri, sih memang tidak terasa. Namun membuat jurnal untuk menceritakan proses pencapaiannya itu, yang agak terasa.
Hari ini sesuai instruksi Bupati di wilayah tempat tinggal saya, mulai memberlakukan WFH atau work from home untuk para ASN. Namun tetap dikecualikan untuk mereka yang memberi pelayanan publik.
Saya sendiri, karena bekerja di salah satu instansi kesehatan, juga diperlakukan sama, boleh diberlakukan WFH dengan ketentuan tetap harus ada yang bekerja di kantor minimal 1 orang dari setiap seksi. Jadwal pun kemudian dibuat. Akhirnya, jadilah saya piket hari ini dan setiap senin.
Namun sebagai Tim Petugas lapangan dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19, Sepertinya Saya akan tetap dapat kewajiban melakukan penyelidikan epidemiologi kepada mereka yang termasuk PDP dan ODP., dengan metode disesuaikan yang bahayanya minimal. Jadilah, Saya hanya akan bekerja sekali dalam sepekan kecuali saat kewajiban PE atau keadaan urgent lainnya harus dilakukan.
Jadwal seperti ini sedikit banyak tentu akan mempengaruhi pencapaian tantangan 30 hari saya. Yuk, kita cek refleksinya.
1. Tantangan Konsistensi Manajemen waktu
Tuh, bener kan, pencapaian Saya hari ini terpaksa diberikan nilai need improvement, karena ada beberapa aktivitas yang tidak sesuai dengan jadwal. Seperti tidur Saat jamnya kegiatan Ibu Profesional akibat kelelahan bertugas, terlambat makan dan istirahat siang.
Hmmm… Sepertinya Saya harus memperbarui jadwal Saya khusus untuk work from home ini. Karena kegiatan bekerja di rumah tentu berbeda dengan bekerja di kantor. Semoga bisa lebih tepat jadwal ya.
2. Tantangan Komunikasi Produktif
Kalau untuk keterampilan komunikasi produktif, tetap berjalan dengan memuaskan. Saya sudah mulai terbiasa mendengar kata-kata komunikan sampai selesai sebelum memberi komentar.
Namun dengan pemberlakuan piket dalam bekerja di rumah seperti ini, tentu saja membatasi komunikasi secara fisik. Jadi kemunikasi sehubungan dengan pekerjaan dilakukan secara online melalui telepon atau pesan. Dan tentunya aturan komunikasi secara online ini berbeda dengan komunikasi tatap muka.
Jadi, saya akan melihat lagi catatan tentang metode komunikasi online dan tertulis. Supaya komunikasi yang dilakukan makin baik dan terampil.
3. Tantangan Manajemen Emosi
Pencapaian Manajemen Emosi juga masih very good karena saya makin piawai mengelola rasa baper yang mungkin hadir saat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya ketika menjelaskan data kasus DBD kepada instansi terkait yang memintanya, Saya bisa menjelaskan semuanya dengan baik.
Begitu juga saat berinteraksi dengan keluarga. Saya bisa menjelaskan konsep piket dalam WFH ini kepada anak dan suami. Juga tentang tanggung jawab Saya sebagai anggota Tim Pengendalian Covid-19 ini.
Semoga, semua keahlian ini makin meningkat kualitasnya ya. Sehingga Saya bisa menjadi kupu-kupu yang indah setelah selesai berkontemplasi dalam tantangan 30 hari ini. Aamiin…
#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
Referensi :
- Materi Bunda Cekatan
- Canva Dan PicsArt
- Pengalaman sendiri
No Responses