Tak satupun orang yang siap menghadapi Pandemi. Namun ketika itu terjadi, setiap kerja keras dipersembahkan untuk mengubah statusnya di tiap Kota. Dan itu, memberi tantangan tersendiri terhadap pemenuhan tugas yang selama ini memang sudah menjadi tanggung jawab sehari-hari.
~ Alifadha Pradana ~
Ini Hari ketiga tantangan di fase kepompong kelas Bunda Cekatan IIP. Tapi juga Hari ke – 24 pandemi sejak diumumkannya 2 kasus pertama Covid-19 dari Depok.
Saya termasuk Tim Kesehatan di Kabupaten tempat tinggal saya, sekaligus memang bertugas sebagai tenaga epidemiog kesehatan di bagian pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, setiap harinya. Jadi, dengan adanya pandemi ini, bisa dipastikan terlibat dalam tindakan Pengendalian pandemi ini.
Meskipun bukan di bagian medis yang menangani perawatan kasus. Tapi kami lah – bersama-sama Puskesmas, yang terjun ke masyarakat menyisir sesiapa yang termasuk mereka yang beresiko tinggi tertular Covid-19 ini. Bisa dibayangkan pekerjaan ini, ya?
Sehingga, tanggung jawab baru ini, sedikit banyak, ikut mempengaruhi kinerja Saya selaku Pengelola 7 program pencegahan dan Pengendalian Penyakit untuk penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor dan penyakit bersumber binatang (Zoonosis).
Bukan mencari alasan dan dalam rangka pembenaran, sesungguhnya, hanya berusaha mawas diri dan memberi pemahaman kepada diri sendiri, kalau Saya bukanlah wonder women yang bisa menangani segalanya. Artinya, jangan terlalu galau jika ada beberapa tugas yang tidak sesuai pencapaiannya dengan target yang telah ditentukan. Atau jika pelaporan program, agak meleset setorannya.
Jadi, inilah refleksi diri di Hari ke-3 tantangan 30 hari
1. Tantangan Konsistensi Manajemen Waktu
Seperti sudah dijelaskan di atas, ritme kerja Saya di Masa pandemi ini, jelas berubah drastis. Ibaratnya, jika biasanya Saya cukup berlari, hari-hari terakhir ini, Saya harus sprint. Sehingga Saya hanya berani memasang badge satisfactory untuk pencapaian tantangan manajemen waktu. Karena ada beberapa aktivitas – tidak semua, yang tidak berjalan tepat waktu.
Namun, Saya tidak memasang badge need improvement, karena menurut pertimbangan Saya, telat waktu dalam kondisi ini masih bisa ditoleransi. Di samping ingin mengapresiasi diri sedikit, bahwa di tengah crowded menangani pandemi, Saya masih sanggup agak menepati jadwal yang sudah disusun. Semoga, ga ada yang menganggap Saya lebay.
2. Tantangan Komunikasi Produktif
Pada tujuan awal, komunikasi produktif ini hanya Saya berlakukan dalam interaksi bersama keluarga. Ternyata sekarang bisa saya aplikasikan juga dalam konteks hubungan kerja.
Jadi, mulai Hari ini pun, Saya akan coba menilai pola komunikasi Saya di luar, saat berinteraksi dengan siapa saja. Karena ternyata tantangan ya berbeda. Jika pola pemakluman bisa selalu Saya terapkan dalam komunikasi produktif bersama keluarga, tidak seperti itu dengan penerapan di lingkungan kerja. Sebab jika saya terlalu memaklumi kemalasan dan keteledoran orang lain, akan membuat saya kelelahan sendiri. Dan itu benar-benar akan memberatkan Manajemen emosi Saya.
3. Tantangan Manajemen Emosi
Tidak banyak yang bisa dibahas dalam pencapaian Manajemen Emosi jni, Sebab tanpa sadar pengelolaan Emosi Saya semakin baik dari Hari kehari. Apalagi ditambah puasa Hari ini, makin menambah kekuatan Saya untuk mengendalikan Emosi negatif yang mungkin muncul
Jadi, ini lah pencapaian semua target tantangan 30 Hari yang Saya ambil. Semoga bisa membantu Saya meningkatkan performance diri (eaa) dari Hari ke Hari. Aamiin…
#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
Referensi :
- Materi Bunda Cekatan
- Pengalaman sendiri
No Responses