Bunda Cekatan : Tantangan 30 Hari fase kepompong : Hari ke – 23 : Di Balik Keterbatasan

Bunda Cekatan : Tantangan 30 Hari fase kepompong : Hari ke – 23 : Di Balik Keterbatasan

Tak ada yang membuat Kita menyerah, selain keinginan sendiri yang diijabah Allah SWT.

~Alifadha Pradana~

 

 

Hari ini, meski kondisi Saya sedang tidak stabil, semua rencana tantangan berjalan lancar.

Sesungguhnya sejak hari bermula, semua berlangsung seperti biasanya. Karena tidak full WFH Saya ditunggu di kantor sehubungan update data penyakit dan pembuatan Surat kewaspadaan DBD. Jadi saya masuk kantor.

Sampai petang dan senja menjelang. Masih baik-baik saja.

Situasi mulai eror ketika saya berangkat mandi sore. Seperti biasa Saya mandi menggunakan air hangat. Bukan suam-suam kuku, melainkan agak panas.

Entah kenapa, sore itu air mandi Saya hanya suam-suam kuku. Ga pernah mengira kalo sebenarnya itu untuk mandi suami. Jadi, karena merasa masih hangat – tidak sama sekali dingin, Saya tetap mandi dengan air itu.

Qodarullahnya, belum selesai mandi, Saya jadi kejang-kejang tak tentu karena kedinginan. Saya ketakutan bercampur sedih tentunya. Tak mengira akan menderita akibat kedinginan yang seharusnya sudah bisa diantisipasi lebih dulu. Bukan salah siapa-siapa sih, melainkan kealpaan Saya sendiri, yang terlupa memastikan air mandi Saya sesuai dengan kondisi saya.

Jadi begitulah, ada yang harus diperbaiki berkenaan tantangan hari ini.

Yuk, Ikuti dongeng selanjutnya…

 

1. Tantangan Konsistensi Manajemen waktu

 

 

Tidak ada masalah dengan manajemen waktu. Sehingga semua sesuai jadwal. Begitu pun setiap tantangan yang sudah Saya susun sebagai syarat pengajuan challange WI Bunda Sayang. Berjalan sesuai harapan.

Jadi, dengan puas hati Saya bisa menganugerahi diri menerima badge very good.

 

2. Tantangan Komunikasi Produktif

 

 

Tidak sama memuaskan apa yang terjadi dengan komunikasi produktif. Akibat kelalaian saya men-judge, sesepele air mandi. Mengira itu untuk Saya – padahal bukan. Sambil ngedumel dalam hati menyangka suami yang tak peka menyediakan air mandi yang tidak sesuai buat Saya. Menyebabkan semuanya menjadi malapetaka untuk Saya.

Kok, bisa?

Iya.

Sudah tahu kondisi Saya yang tidak sanggup mandi menggunakan air dingin, termasuk air yang hanya hangat suam-suam kuku, saya langsung men-judge air mandi sore itu akibat kelalaian suami, tanpa mengklarifikasinya lebih dulu atau berinisiatif menambah sendiri dengan air panas lagi.

Mengesalkan memang. Jika masalah sesepele air mandi seperti ini, membuat kebahagiaan kita merosot ke titik bawah – meski bukan yang paling dasar. Dan penyebab sebenarnya adalah sesuatu yang seharusnya bisa diantisipasi.

Tapi, meskipun saya menjalani senja yang melarakan hati. Tetap ada hikmah yang bisa diambil. Diantaranya, jangan pernah izinkan hati untuk men-judge sesuatu sebelum melakukan clear and clarify. Karena dari soal yang sepele pun, bisa menjadi bencana bahkan berujung maut – (bukan lebay, ya) jika kita salah mengambil tindakan.

Jadi, cukup Saya saja yang mengalami bencana akibat melakukan tindakan tanpa clear and clarify ini. Jangan kamu juga kalian yang membaca jurnal ini. Ambil pelajaran dari peristiwa ini, ya. Dan pastikan clear and clarify ini menjadi habit dalam berkomunikasi.

Salam clear

 

3. Tantangan Manajemen Emosi

 

 

Meskipun hasil komunikasi produktif Saya mendapat rapor merah need improvement, tidak seperti itu dengan hasil untuk manajemen emosi.

Meskipun Saya keliru sudah men-judge suami tanpa clear and clarify, kesalahan tadi tidak berlanjut dengan pelampiasan emosi kepada beliau yang dianggap teledor. Kekesalan Saya masih berupa gumpalan yang tersimpan dalam hati, yang pelan-pelan menghilang seiring Saya menenangkan diri akibat kejang dingin senja tadi.

Hasilnya, tak ada pertengkaran yang terjadi. Dan Saya menyadari kekeliruan yang dibuat sendiri, setelah suami menjelaskan bahwa air mandi itu memang bukan untuk Saya, melainkan buat beliau.

Jadi, begitulah. Hari ini Saya mendapat pelajaran mahal lagi. Yang jika saya tak hati-hati bisa jadi menyebabkan masalah yang lebih berat lagi. Karena, kejang meskipun sesepele akibat alergi dingin, tetap bisa menyebabkan luka permanen di syaraf otak.

Keep health and safety, ya.

Karena jika bukan kita, siapa lagi yang lebih wajib menjaga keamanan dan kesehatan diri sendiri.

 

#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional

 

 

Referensi :

  1. Materi Bunda Cekatan
  2. Canva Dan PicsArt
  3. Pengalaman sendiri

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply