Menjadi orang tua yang kreatif, berarti membuka pikiran, untuk semua peluang dan teknik pembelajaran tentang kehidupan.
~ Alifadha Pradana ~
Sebenarnya, sejak menjadi ibu, seorang perempuan akan menjadi lebih kreatif. Meskipun banyak di antara kita, tidak pernah menyadarinya. Bayangkan saja. Bukankah sejak hamil, kita akan memaksa diri makan dan minum apa saja, bahkan meskipun itu bukan kesukaan kita. Setiap calon ibu bahkan siap mencari informasi apa pun yang baik untuk kehamilan dan persalinan bayinya nanti.
Setelah melahirkan pun, para ibu sejatinya akan semakin kreatif. Saat mengurus bayi yang masih merah dan rentan dalam segalanya. Ketika menyediakan makanan tambahan. Waktu memilih berbagai perlengkapan. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Tetapi, di masa-masa selanjutnya, naluri seorang ibu untuk menjaga dan melindungi, terkadang membuatnya melupakan kreativitas itu sekaligus mematikan kreativitas buah hatinya sendiri. Tidak terkecuali dengan saya.
Saat anak-anak kami lahir, kemudian mulai berbicara dan melangkah, saya memang tidak pernah membatasi aktivitas mereka. Meskipun menjadi mom sekaligus ibu pekerja, membuat saya harus mau menerima keterbatasan. Saya tetap berusaha melakukan hal terbaik yang saya bisa. Di antaranya dengan memfasilitasi semuanya. Menyediakan banyak mainan yang mendidik. Juga dengan membersamai mereka selama sisa waktu yang tersedia.
Saya selalu mendengarkan bahkan meladeni pertanyaan cerewet mereka tentang banyak hal. Kami juga berusaha menanyakan keinginan mereka, setiap sebelum melakukan apa pun terkait mereka. Dan itu berlaku sampai saat ini.
Dan memang, anak-anak kami tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri, ramah dan berani. Mereka juga tahu dan bisa menghargai diri sendiri. Tetapi, satu musibah ternyata membuat saya tanpa sadar merusak semua yang sudah kami bangun.
Putra sulung kami meninggal, karena tenggelam.
Berbulan-bulan setelah itu, saya selalu dihantui pikiran bahwa saya tidak sungguh-sungguh menjaga dan sudah gagal melindungi mereka. Sehingga kemudian, saya memilih keputusan yang mungkin aman buat saya, tetapi ternyata menghambat perkembangan alamiah anak kami yang kedua.
Saya mulai membatasi aktivitas Adha dalam banyak hal, tanpa kompromi. Dan dalam hampir semua kegiatannya di luar sekolah, saya memaksanya untuk saya dampingi. Di tengah kondisi ini lah, saya mulai mengenal ibu profesional.
Waktu yang sudah berlalu, memang tidak bisa ditarik kembali dan diulang. Tetapi bersama ibu profesional saya mulai menenangkan diri dan mencoba berdamai terhadap musibah yang menimpa kami. Memang tidak mudah. Butuh banyak dialog terhadap diri sendiri untuk mulai mempercayai naluri yang dimiliki anak kami. Bahkan, terkadang saya harus memaksa diri sendiri untuk berusaha tenang membiarkan Adha menjalani hari-harinya tanpa saya. Membuatnya kembali mandiri dan percaya diri.
Sekali lagi memang tidak mudah. Tapi saya percaya, naluri setiap ibu sebenarnya kreatif. Karena itulah Allah menugaskan kita menerima amanah ini.
Sekarang, pelan-pelan saya kembali membiarkan Adha tumbuh dan berkembang sesuai nalurinya. Namun, dengan tetap siap mendampinginya kapan saja dia membutuhkan saya. Meskipun ini bukan cara terbaik, tapi ini lah cara kami berinteraksi. Dan semoga memberikan hasil terbaik yang bisa kami harapkan. Dengan berusaha menjadi orang tua yang kreatif. Be Creative Parents. Be Creative Mom!
Gambar : Dokumen Pribadi
Sumber Referensi :
📚 Program pembelajaran institut ibu profesional
📚 Kumpulan pengalaman pribadi
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative
No Responses