DAY 3 : MENGUATKAN KONSEP REZEKI

DAY 3 : MENGUATKAN KONSEP REZEKI

Konsep rezeki yang benar pun

tanpa penguatan dan aplikasi yang real

sama saja seperti busa atau gelembung

tak akan punya efek nyata

untuk masa depan kita.

~ Alifadha Pradana ~

 

Hari ini masih hari perbaikan konsep rezeki. Di saat kita yakin bahwa hanya Allah Sang Maha pemberi Rezeki, Yang Berhak Menentukan Rezeki kita, itu artinya setiap makhluk, baik suami, orang tua, bos, majikan, atasan dan lainnya, hanya berfungai sebagai perantara. Karena sebagai penentu, tetap Allah Yang Maha Berkuasa.

Jujur, buat saya ini tidak mudah. Butuh lebih dari sekedar keyakinan untuk bisa melakukannya. Saya pernah mengalami perjalanan spiritual tentang hal ini. Kala itu saya menjabat sebagai wakil di salah satu unit kerja. Ketika ada pembagian bonus, rasanya wajar saja dengan dasar kinerja dan kedudukan, jatah bonus saya tidak akan terlalu jauh berbeda dengan pimpinan unit. Karena itu, saya agak shock ketika menerima pembagian, besaran bonus saya tidak sampai 1/5 bagian atasan saya, bahkan lebih kecil dari bagian staf saya. Apa yang saya rasakan? Waktu itu, jujur saya marah kepada atasan saya, meskipun hanya dalam hati. Saya menggerutu bahwa tidak ikhlas lahir dan batin terhadap pembagian ini. Tapi Alhamdulillah, rupanya Allah masih menyayangi saya. Karena, saat saya sedang merutuk seperti itu, mendadak seperti ada yang berbicara di samping saya,

“Berarti kamu tidak ikhlas dengan rezeki yang diberikan Allah.” Kata suara tadi. Saya tentu saja terkejut mendengarnya.

“Kok dari Allah? Kan, pak pimpinan yang ngebagi?” Saya membantahnya, dalam hati tentu saja.

“Iya, memang pimpinan yang membagi. Tapi, besarannya, tetap Allah Yang Menentukan. Pimpinan hanya memberikan saja.” Masih suara dalam benak saya terus menjelaskan.

Saya benar-benar tertegun. Saya menoleh kiri kanan memastikan, bahwa memang tidak ada siapa pun di ruangan, selain saya. Yang artinya, suara tadi memang hanya ada dalam percakapan batin saya saja. Bila manusia digambarkan dengan malaikat di sebelah kanan dan iblis di sebelah kiri, mungkin suara tadi adalah milik malaikat yang sedang mengingatkan saya. Alhamdulillah, sungguh-sungguh bersyukur telah diingatkan.

 

 

Akibat dialog batin tadi, sampai sekarang saya tak pernah lagi mengeluh terhadap berapa pun yang saya dapatkan. Bahkan ketika tidak mendapat imbalan apa-apa, setelah kerja keras yang saya lakukan, pun, saya tidak mengeluh. Karena sejak pengalaman spiritual tadi, saya sudah meyakini, memang ini lah rezeki saya. Bahwa Allah lah Yang Telah Menentukan Porsi Imbalan saya. Semoga Allah SWT selalu menguatkan.

 

Sama seperti rekonstruksi pemahaman bahwa hanya Allah saja yang memberi rezeki, konsep yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa rezeki tidak hanya berupa uang dan barang saja. Prestasi kerja yang baik yang akhirnya menghasilkan bonus atau komisi yang besar juga rezeki. Kesehatan prima sehingga memudahkan kita beraktivitas, juga rezeki yang tidak terhingga. Juga kemudahan dalam menyelesaikan berbagai masalah, adalah rezeki yang hanya Allah saja yang bisa memberikannya.

Dan kami, khususnya saya, benar-benar meyakini konsep ini. Karena meskipun bisa dibilang gaji saya sudah habis untuk membayar hutang, tetapi kami masih bisa hidup dengan layak dari penghasilan lainnya. Tiap kali saya butuh bantuan manusia, dengan mudah, saya mendapatkannya. Saya dikelilingi sahabat-sahabat yang baik, yang siap mendukung, itu juga rezeki. Saya banyak mendapatkan kemudahan lain, itu juga rezeki. Jadi, menurut saya untuk meyakini konsep rezeki tidak hanya materi, agak lebih mudah.

 

Selain itu, ada lagi konsep rezeki yang perlu kita pahami juga, yaitu bahwa apa yang memang untuk kita, tidak akan salah diserahkan kepada orang lain. Sebaliknya, apa yang merupakan rezeki orang lain, tak mungkin salah disampaikan pada kita. Pemahaman konsep rezeki yang ini benar-benar terasa ketika kita sedang berlomba, atau ikut lelang proyek yang mempunyai beberapa kemungkinan pemenang. Si situ baru sungguh-sungguh terlihat, tak akan ada rezeki yang tertukar.

Kalau pengalaman saya sendiri, bukan dalam hal pertandingan atau perebutan proyek. Tetapi sehubungan dengan kinerja. Sudah jadi filosofi saya, bahwa tak ada yang tidak bisa dikerjakan, jika kita mau berusaha melakukannya, dan siapa yang memudahkan urusan orang lain, Allah akan memberi kemudahan. Sehingga saya tidak pernah menolak, apa pun yang ditugaskan, juga tak pernah tega menolak permintaan tolong dari rekan kerja yang lain. Dan memang terbukti, rezeki tidak pernah tertukar. Meskipun teman yang mendapat nama atas tugasnya yang saya selesaikan, namun tetap saya juga yang akhirnya mendapat pesanan akibat pekerjaan yang saya selesaikan tadi.

Jadi, pada akhirnya saya meyakini, bahwa tugas kita adalah berusaha dan bekerja. Perkara hasil dan imbalan, serahkan kepada Allah sebagai Sang Maha Penentu. Karena Dia selalu Tahu, siapa yang paling berhak menerimanya.

 

Akhirnya, semua konsep rezeki tadi, memang sudah saya yakini kepastiannya. Sehingga menjadi tugas saya untuk menularkannya kepada anggota keluarga yang lain. Tetapi, sekali lagi, saya pun memang hanya bisa menyampaikan dan berusaha menularkan. Soal apakah keluarga saya bisa punya pemahaman yang sama, selain tergantung pada cara saya menyampaikan, juga tetap bergantung pada ketetapan Allah yang berlaku atasnya.

Hmmm… Sepertinya agak rumit, ya. Tapi memang, perihal pemahaman berbagai konsep rezeki ini, adalah proses yang terus menerus. Jadi tak akan bisa dilihat hasilnya secara instan. Kita hanya bisa berencana dan berusaha.melakukan yang terbaik. Biar Allah saja yang menentukan hasilnya.

 

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply