Loving a child doesn’t meangiving in to all his whims;to love him is to bring out the best in him,to teach him to love what is difficult.
Read more at: http://bit.ly/2ptBtYz
Jadi, setiap detik yang saya habiskan bersama anak, adalah waktu terbaik untuk menemukan sisi bintang anak saya. Yang agak sulit buat saya ialah waktu yang lebih banyak dihabiskan untuk pekerjaan, terkadang teramat menguras energi, sehingga membuat saya tidak fokus untuk menghadirkan hati dalam membersamai anak. Bersyukurnya saya, Allah SWT selalu menghargai setiap usaha dan kerja keras umatNya. Sehingga semakin hari, dengan makin seringnya saya menganggap waktu bersama anak lebih penting dari menyelesaikan aktivitas di ranah publik saya, membuat makin terampil menghadirkan hati untuk fokus membersamai anak. Sehingga anak saya pun akhirnya, semakin nyaman untuk bercerita dan bertanya apa pun pada saya.
Hari ini Adha bercerita tentang keteledorannya meninggalkan pakaian olahraga, entah di mana. Respon otomatis saya tentu saja akan memarahinya dan menceramahinya tentang etika menjaga barang milik kita. Tetapi, untungnya, sebelum hal itu terjadi, saya segera mengubah posisi dan mengambil nafas panjang untuk menenangkan diri.
Setelah merasa tak ada amarah yang menyertai emosi saya, kemudian saya berusaha menggali ingatannya tentang saat-saat terakhir dia memegang tas pakaian olahraganya. Dan dengan memperagakan ingatannya, lengkap dengan penjelasan menggunakan tangan dan tubuhnya, Adha berusaha menggali ingatannya sendiri. Tapi ternyata tidak berhasil. Dia tidak juga bisa mengingat, di mana terakhir kalinya meninggalkan tas berisi pakaian olahraganya. Kesal, tentu saja. Tapi pastinya Adha lebih kesal dari saya, karena sudah menghilangkan pakaian olahraganya. Dan menjadi tugas saya untuk memastikan dia bisa mengambil hikmah dari pengalaman ini.
“Jadi, pelajaran apa yang bisa Mamas dapat dari peristiwa ini? Saya bertanya pada Adha untuk menggali pemahamannya.
“Bahwa Mamas pelupa.” Jawabnya pelan
“Selain itu?”
“Mamas harus lebih hati-hati lagi menjaga barang bawaan.” Lanjutnya kemudian.
“Terus, konsekuensinya apa?”
Adha agak mengerutkan kening. “Maksud?” Dia kemudian bertanya meminta penjelasan.
“Iya. Apa yang akan Mamas lakukan selanjutnya?”
“Karena Mamas ingatnya, tas itu terakhir tertinggal di toko di depan sekolah, besok Mamas akan tanya ke sana?”
“Kalau ternyata mereka tidak tahu?”
“Mamas coba tanya ke sekolah. Siapa tahu tertinggal di sana atau ada yang mengantarkan ke sana.”
“Kalau ternyata itu juga tidak terjadi?”
“Berarti, kaos olahraga Mamas hilang. Mama beliin lagi, ya?” Akhirnya Adha membujuk saya.
“Boleh saja. Tapi Mama potong dari uang tabungan Mamas ya? Sebagai pengingat agar tidak ceroboh lagi di lain waktu. Oke?” Saya memutuskan untuk menunjukkan konsekuensi atas kecerobohannya tadi. Adha hanya bergumam sedih, tapi terpaksa menerimanya. Karena memang kesalahannya sendiri melalaikan penjagaan atas barang-barangnya sendiri.
Yah, tiap peristiwa memang bisa menjadi sekedar kejadian yang lewat begitu saja, atau sebagai pembelajaran untuk pengembangan keterampilan hidup atau juga merupakan pembuktian sisi bintang anak kita. Kita sendirilah yang memutuskan untuk memilih yang mana. Jangan sampai apa yang dialami hanya lewat begitu saja dan menjadi sia-sia.
#TantanganHariKe9
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayII
No Responses