Kali ini Saya mendapat buddy review dari negeri seberang. Sebuah wilayah yang hanya tahu nama dan keindahannya lewat dunia maya — Sulawesi Tengah. Kita kenalan dulu yuk.
Nama buddy saya kali ini adalah Mba Juwita Rakhmawati Dewiningtyas (cantik dan panjang ya, namanya). Betewe, kalau membaca nama “Juwita” saya selalu teringat karakter peri baik hati di majalah Bobo yang menjadi lawannya si sirik. Yang selalu menasehati dan membantu Oki untuk berbuat baik.
Hehehe … Oot (out of topic) deh
Kembali ke Mba Juwita, yang saya yakin tidak jauh berbeda dengan Juwita versi Majalah Bobo. Ibu tiga anak ini, tinggal bersama keluarganya di Palu, Sulawesi Tengah. Keluarga ini mengambil masalah yang amat menarik, yaitu Bullying dalam keluarga. Membuat saya benar-benar ikut menyimak dan menikmati jurnalnya.
Yang Sudah Baik dan yang Masih Perlu Diperbaiki
Secara keseluruhan jurnal Mba Juwita — termasuk proses mendalami masalah yang dipilih, tentunya — keren punya. Sebab, setiap tahapannya dipaparkan secara runtut dan jelas. Bahasanya juga mudah dimengerti. Sehingga bagi mereka yang baru ‘ngeh’ terhadap bullying dalam keluarga pun bisa mengikuti setiap pembahasan dengan baik.
Mungkin karena membahas masalah keluarga, beliau membentuk timnya bersama anggota keluarga sendiri pula. It’s ok kok. Sebab, memang keluarga sendiri yang pertama kali terpapar dan terpengaruh oleh masalah ini. Jadi, membentuk tim yang beranggotakan keluarga sendiri sepertinya pilihan terbaik. Supaya solusi yang didapatkan, nantinya bisa langsung diterapkan dalam keluarga.
Namun, ada sedikit — cuma sedikit, ya — yang akan saya komentari atas jurnal Mba Juwita.
Dari yang saya baca, tertangkap kesan bahwa semua proses mendalami masalah bullying dalam keluarga ini, dilakukan sendiri oleh Mba Juwita. Padahal yang namanya tim, ada beberapa anggota.
Memang, sih, saat starbursting diskusi dilakukan bersama pasangan. Tetapi ketika mencari dan mewawancarai narasumber terkait masalah yang dipilih, tampak bahwa yang melakukan adalah Mba Juwita sendiri. Padahal sebagai sebuah tim yang solid, semua anggota keluarga bisa terlibat dan ikut mewawancarai bersama. Sehingga nantinya dapat mencapai satu kesimpulan bersama juga.
Itu memang hanya sebuah masukan. Karena sejauh pengamatan saya, setiap langkah yang dilakukan Mba Juwita sudah keren. Sehingga kurangnya pembagian peran antar anggota tim mungkin tidak terlalu mengganggu dalam interaksi kali ini.
Go solusi, ya Mba.
Proses Peleburan Masalah Personal menjadi Masalah Tim
Membaca jurnal Mba Juwita, bisa diamati bahwa proses peleburan masalah personal menjadi masalah tim berjalan dengan lancar. Bahkan saya bisa memberikan istilah untuk proses ini, yaitu Family’s Feeling
Jangan galfok ya, ini istilah saya sendiri, kok. Karena menurut saya, sepertinya ini yang terjadi pada proses di keluarga Mba Juwita. Apa yang dirasakan Sang Manajer Keluarga, dirasakan pula oleh anggota keluarga lainnya, termasuk kepala keluarga.
Ini memang salah satu keuntungan membentuk tim dari anggota keluarga sendiri. Bisa lebih fleksibel dan lebih cair dalam melakukan semua proses mendalami masalah seperti yang dilakukan Mba Juwita bersama keluarga
Memanfaatkan Starbursting untuk Mendalami Masalah
Teknik starbursting dengan brainstorming merupakan salah satu cara yang efektif dalam mendalami suatu poin atau kali ini untuk mendalami masalah yang telah dipilih.
Meskipun begitu, efektif tidaknya teknik ini sepenuhnya bergantung pada kedalaman setiap star atau opsi pertanyaan yang diajukan. Apakah semua star tadi bisa memenuhi syarat minimal (5 pertanyaan) sebagai kedalaman.
Inilah yang membuat penting untuk melakukan starbursting bersama tim. Karena setiap anggota tim bisa saja membuat pertanyaan yang tadinya tidak terpikirkan oleh yang lain.
Untuk teknik starbursting yang dilakukan Mba Juwita, menurut pengamatan saya, sudah cukup efektif. Setiap pertanyaan yang diajukan sudah mewakili setiap opsi yang bisa digali, untuk mendalami masalah bullying dalam keluarga. Termasuk opsi “mengapa” yang harus didalami sampai 3 kedalaman alasan.
Keren, kan? Beneran …
Sehingga, saya pun yang hanya membaca jurnal, bisa memahami akar masalah dari bullying dalam keluarga yang dipilih Mba Juwita sebagai problem statement timnya.
So, masalah yang dipilih Mba Juwita memang menarik dan sepertinya merupakan problem umum yang kerap terjadi di banyak keluarga. Sehingga bisa jadi, solusi yang dihasilkan akan merupaka jawaban atas permasalahan umat juga.
Jadi, terus semangat berproses ya, Mba. Dan slamat menjelang Ibu pembaharu
Tags:
No Responses