Hidup hanya sekali, jangan dibuat susah.
Selesaikan atau ikhlaskan!
~Alifadha Pradana~
Bertahun-tahun lalu, saya pernah teramat membenci nama sendiri. Bukan karena tidak indah. Tetapi, karena maknanya yang terasa menyedihkan.
“Kamu lahir saat Tanah Wonogiri sedang kekeringan. Dan paceklik parah sedang melanda di sana. Sehingga Bapak memberi nama itu, untukmu.” Begitu penjelasaan Bapak tentang nama saya.
Iya, nama Saya Sri Prihatiningsih. Tahu arti prihatin kan? Benar. Prihatin bisa dimaknai sebagai perih hati. Atau menurut KBBI, pri·ha·tin a bersedih hati, waswas, bimbang (krn usahanya gagal, mendapat kesulitan, mengingat akan nasibnya, dsb).
Jadi, tidak aneh sebenarnya, ketika setelah itu, hari-hari yang Saya lalui sepanjang perjalanan hidup sampai sekarang ini, seringkali menyedihkan dan penuh air mata. Karena, nama adalah doa.
Namun, syukurlah, Allah SWT Yang Maha Baik menganugerahkan sifat periang dalam diri saya. Sehingga, meskipun diterpa penderitaan bertubi-tubi, tak pernah membuat Saya menyesali hidup dan berputus asa menjalaninya. Bahkan, setiap kesedihan tadi, tak pernah terlalu lama mampir dalam pikiran Saya. Memang sih, saya punya resep tersendiri ala saya, untuk bisa punya sikap seperti ini. Dan akan Saya bagikan, semoga membantu para sahabat untuk bisa selalu bertahan menjalani perjuangannya masing-masing.
Seperti Saya bilang tadi, akibat terlalu seringnya masalah – sekarang Saya menyebutnya tantangan sejak bergabung dengan komunitas Ibu Profesional, sulit menentukan tantangan apa yang paling menantang dalam hidup saya. Karena setiap tantangan yang dihadapi, punya tingkat kesulitannya sendiri-sendiri.
Namun, dari lubuk hati saya, sepertinya ada lima tantangan utama, yang menempati 5 tempat teratas dalam list tantangan hidup Saya, yang benar-benar menguras energi dan emosi. Bahkan, dari komentar sahabat dan bisik-bisik orang di belakang saya, jika tantangan ini menimpa mereka, dapat membuat mereka kehilangan kewarasan alias menjadi gila. Hmmm, mungkin terlalu berlebihan, ya. Tetapi, teman-teman bisa menilainya sendiri nanti.
Lima tantangan paling berat itu, adalah
1. Ketika di-suuzoni menggelapkan dana kantor, sehingga membuat Saya merasa menjadi terdakwa yang harus disidang di depan karyawan lain untuk menjelaskan ketidakbersalahan Saya di depan mereka. Padahal, jabatan Saya saat itu adalah sebagai kepala tata usaha. Hanya 1 level di bawah pimpinan tertinggi di unit kerja saya.
2. Saat menghadapi kepergian putra sulung Saya akibat tenggelam di bendungan yang tidak jauh dari rumah. Dan penanganan kesedihan ala saya yang tidak mengobral air mata, malah mendapat cibiran, kecaman dan anggapan bahwa saya seorang ibu yang tidak normal dan tidak Sayang pada anak-anaknya.
3. Waktu mengalami kecelakaan tunggal, yang kemudian mematahkan semua gigi seri atas dan membuat rahang bawah Saya retak. Sehingga sampai sekarang Saya harus berjuang ekstra keras,, nyaris menyakitkan, jika ingin menikmati makanan yang agak keras, garing dan renyah.
4. Kala menerima vonis dokter bahwa Saya menderita 4 penyakit berbahaya – TORCH (TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex), yang menyebabkan janin Saya tidak berkembang atau blight ovum dan harus dikuret.
5. Tatkala berkali-kali gagal menjalankan bisnis yang hasilnya menghabiskan jutaan uang kami dan menyisakan hutang untuk modal usaha.
Nah, gimana? Pernah menerima tantangan yang sama beratnya dengan kelima tantangan di atas? Atau menjalani yang levelnya jauh di bawah?
Ya, pernah mendapati diri terpuruk sedemikian dalamnya menjadikan tantangan ekonomi, pembatasan sosial bahkan tumpukan tugas akibat pandemi Covid-19, yang Saya alami, menjadi tak begitu berarti.
Nah, mau tahu tips Saya menghadapi ini? Yup, mencoba membentuk mindset sesuai quote di atas. Bahwa hidup hanya sekali, jadi jangan dibuat susah. Selesaikan atau ikhlaskan.
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Sedangkan tahapan melakukan solusi atas setiap tantangan, akan saya jabarkan di bawah ini.
1. Kontak Sang Maha Pemberi Tantangan
Setiap menghadapi sebuah tantangan, Saya selalu langsung melakukan kontak kepada Sang Khalik. Baik dengan sekedar beristighfar maupun dengan melakukan sholat hajat meminta pertolongan. Ini untuk memastikan sikap Saya, bahwa apapun yang Saya terima, adalah dari Dia Yang Maha Memutuskan.
2. Clear and Clarify
Makna dari tahap ini adalah, Kita berusaha mencari tahu konten dari tantangan yang dihadapi. Definisi real, pihak yang terlibat, penyebapnya, efeknya terhadap hidup Kita, solusi yang bisa dilakukan, bantuan orang lain bahkan tenaga ahli yang bisa diupayakan termasuk akibat yang mungkin timbul, baik untuk jangka pendek maupun panjang.
3. Selesaikan dengan Tuntas
Setelah Kita mengetahui besaran tantangan yang dihadapi, dan menyadari bahwa tantangan ini masih dalam jangkauan kemampuan kita, SELESAIKAN DENGAN TUNTAS. Baik dengan upaya sendiri maupun meminta bantuan pihak lain yang lebih kompeten. Selesaikan sebaik-baiknya. Agar tidak tersisa penyesalan di akhir masa.
4. Ikhlaskan
Namun, jika setelah clear and clarify secara mendetil ternyata semuanya tampak di luar kekuatan kita untuk menanganinya. Terima saja kenyataannya. Meskipun bukan berarti Tuhan menyalahi janji karena menimpakan sesuatu di luar kesanggupan kita menerimanya. Bisa jadi, Dia hanya ingin kita berpasrah diri pada-Nya dan meng-IKHLASKAN semua untuk diurus-Nya. Jadi, waktunya menyadari kapasitas diri sendiri, dan membiarkan Kuasa Tuhan Yang Bekerja Menyelesaikannya.
Tahapan tindakan Saya setiap menyelesaikan tantangan tadi, bisa dirangkum dalam infografis yang ada di bawah ini. Semoga bisa dipahami dan memberi sedikit bantuan cahaya di kegelapan yang teman-teman jalani.
Tetap semangat, ya.
Infografis : Dokumentasi Pribadi
#Solusitantangankreatif
Referensi :
- Kamus Besar Bahasa Indonesia – KBBI kekuatan yufid
- Canva untuk membuat infografis
- Pengalaman pribadi menjalani hidup
No Responses