Butuh separuh hidup Anda sebelum Anda menemukan bahwa hidup adalah sebuah proyek lakukan sendiri olehmu (do-it-yourself).
~Napoleon Hill – BrainyQuote~
Hari Ahad sebenarnya hari bebas beraktivitas. Karena hampir setengah harinya adalah me time. Jadi emang biasanya dipuas-puasin melakukan kegiatan yang Saya suka, atau yang merupakan passion. Baik yang udah lama ditekuni maupun hasil eksplorasi berikutnya.
Namun, berhubung Hari ini Saya akan mulai meng-upgrade pemahaman fitrah seksual buat abege kecintaan Saya, sebisa mungkin, aktivitas Saya Hari ini menyinggung penjelasan mengenai ini.
Ternyata tidak mudah. Entah dari mana dia mencomot pemahaman pemisahan pekerjaan sesuai gender. Sepertinya ada yang terlewat dari pendampingan Saya. Namun di sisi lain, kekacauan ide ini memberi Saya kesempatan untuk melakukan pendampingan yang lebih dekat, serta penjelasan yang lebih menyeluruh mengenai fitrah seksual – yang bisa Saya jadikan pula, tantangan 5 hari untuk mengajukan diri menjadi WI Bunda Sayang.
Tapi, itu Kita bahas di jurnal lain, ya. Bukan di sini. Karena jurnal ini hanya akan mengisahkan perjalanan tantangan 30 yang Saya lakukan.
Lanjut, yuk…
1. Tantangan Konsistensi Manajemen waktu
Hari ini Saya bisa naik level, karena mampu memanfaatkan waktu yang menurut jadwal berdasar kandang waktu adalah sebagai me time, menjadi waktu produktif untuk memulai pelaksanaan proyek baru. Sebuah proyek yang menurut Saya penting sebagai penguatan ide mengenai fitrah seksual yang konstrutif untuk abege kecintaan Saya.
Proyek menarik memang. Tapi keputusan Saya untuk meng-upgrade beberapa pemahaman putra tercinta, menjadikan proyek yang harus Saya lakukan semakin bertumpuk. Namun Saya percaya, selama Saya tidak memberikan energi sisa untuk semua proyek ini – artinya setiap proyek dijalankan dengan antusias dan high energy yang sama, maka hasilnya pun tak akan sia-sia.
Di poin ini, setuju kan kalo pemanfaatan waktu Saya di Hari ini, diapresiasi dengan badge very good? Sebab artinya Saya semakin paham memanajemen waktu dan memilih aktivitas prioritas untuk lebih dahulu dilaksanakan.
Benar, kan?
2. Tantangan Komunikasi Produktif
Komunikasi produktif yang baik adalah jika Saya bisa menyampaikan ide kepada komunikan, sesuai apa yang Saya maksud. Artinya apa yang dipahami Saya, seperti itu juga pemahaman komunikan.
Jelas tidak mudah, sih. Apalagi berkomunikasi dengan anak sendiri yang sebenarnya dilihat dari segi apa pun mungkin levelnya berada di bawah Kita. Namun, dengan cepatnya pertukaran informasi bisa jadi lebih up to date dibanding saya. Tambahan lagi usianya yang memasuki kelompok dewasa muda, membuat interaksi Saya dengannya lebih menantang lagi.
Tapi, Alhamdulillah. Berkat berkali-kali jatuh bangun mengembangkan pemahaman diri terkait ini, telah memperkaya Saya dengan kesabaran dan kerendahhatian yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sehingga komunikasi Saya dengan anak mengenai isu gender dan seksualitas mulai dengan alur yang positif.
Jadi, Saya memberanikan diri untuk tetap menganugerahi diri sendiri dengan badge very good yang menandakan komitmen saya dalam prosesnya.
Kamu juga setuju, kan?
3. Tantangan Manajemen Emosi
Setiap komunikasi dan interaksi yang jomplang biasanya kerap mengundang emosi, jika Kita tak berhati-hati meresponnya. Namun berbekal ilmu komprod sekaligus manajemen emosi yang didapat selama kebersamaan Saya dengan IIP, membuat banyak perbaikan dalam diri Saya. Efeknya, tentu saja pada pengendalian diri saat menghadapi situasi seperti ini.
Kesimpulannya adalah, proses interaksi Saya dengan anak Saya terkait tambahan upgrade ide ini, tidak menimbulkan akibat negatif. Karena Saya tidak terpancing dengan sikap putra tercinta, yang awalnya agak menolaknya. Sampai akhirnya dengan penuh kesadaran dia memilih sependapat dengan ide saya.
Jadi, boleh kan kalo Saya tetap mendapat badge very good sebagai hasil pencapaiannya?
Tetap semangat ya, dan jangan lupa bahagia
#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
Referensi :
- Materi Bunda Cekatan
- Canva Dan PicsArt
- Pengalaman sendiri
- BrainyQuote
- Materi Bunda Sayang
No Responses