Antara Berpuasa dan Tantangan Memahirkan Diri di Kelas Bunda Cekatan – Sebuah Catatan

Antara Berpuasa dan Tantangan Memahirkan Diri di Kelas Bunda Cekatan – Sebuah Catatan

Membungkus diri dalam kepompong merupakan analogi sempurna buat mereka yang ingin melatih diri menaikkan levelnya agar siap menjadi kupu-kupu jelita yang penuh darma.

~Alifadha Pradana~

 

Sumber Gambar : Modifikasi sendiri menggunakan canva

 

Membungkus diri dalam kepompong sebenarnya adalah istilah untuk berlatih memahirkan diri dalam 1 keterampilan sekaligus berpuasa untuk meniadakan gangguan-gangguan yang menghambat pencapaian kemahiran tadi. Yang tentu saja semuanya berdasar mind mapping yang sudah dibuat di awal kelas Bunda Cekatan ini.

What about me?

Menilik kembali mind mapping yang sudah disusun dahulu, sepertinya agak banyak juga yang ingin saya jadikan tantangan selama masa kepompong ini. Dan berdasar dongeng ibu semalam, diperbolehkan saja mengambil latihan untuk beberapa keterampilan, dengan syarat Kita bisa konsisten melakukannya.

Hehehe… beranikah Saya?

Sebenarnya bukan masalah berani atau tidak, melainkan kecerdasan untuk memanfaatkan moment ini dalam rangka memberlakukan kebiasaan baik yang baru. Sebab, meskipun evaluasinya dilakukan secara mandiri, kita tetap harus menceritakan pencapaiannya setiap hari. Dan ini tidak akan kita peroleh di lain waktu. Jadi, seberapa mampunya saya, memanfaatkan fase kepompong ini, buat melatih diri saya untuk mahir dalam beberapa keterampilan yang menjadi target perubahan diri

So, sesuai tujuan saya di awal kelas Bunda Cekatan, yaitu menjadi pribadi yang terampil menguasai emosi sehingga tidak mudah terpancing serta baperan ketika berinteraksi dengan individu yang “istimewa”; bisa menyampaikan informasi dan keinginan dengan efektif; mampu membagi waktu, menyusun jadwal dan konsisten melaksanakannya, maka keterampilan yang bisa saya latih dalam tantangan 30 hari adalah :

A. Konsisten memanaj waktu sesuai jadwal yang sudah dibuat.

Meskipun merasa sudah terampil membuat jadwal sesuai aktivitas utama dan peran yang dijalani. Namun, beberapa gangguan menyebabkan saya sering tidak konsisten menepati jadwal yang sudah dibuat tadi. Sehingga saya ingin memasukkan manajemen waktu ini ke dalam tantangan 30 hari nanti. Dimulai dari menepati jadwal sholat atau sholat di awal waktu. Menepati kandang waktu untuk membaca dan menulis – agar proyek buku saya bisa segera terealisasi. Juga menepati jadwal craft dan sewing setiap sabtu, ahad dan hari libur, supaya proyek-proyek kreatif saya – di antaranya menyelesaikan jahitan untuk baju seragam yang sudah beberapa bulan lalu dipotong – bisa segera dirampungkan.

Sedangkan gangguan yang menyebabkan tidak konsistennya saya terhadap jadwal yang sudah dibuat, akan berusaha dikoreksi melalui puasa tiap pekanan. Gangguan-gangguan tersebut, yaitu :

  1. Nonton tivi yang tidak sesuai jadwal, sehingga kegiatan lain yang seharusnya dikerjakan, jadi terlewat tidak dilakukan. Jadi saya akan berpuasa untuk tidak nonton tivi sekehendak hati saya, melainkan sesuai jadwal yang sudah disediakan di kandang waktu yaitu saat waktu untuk literasi di jam 16.00 –  17.30 wib. atau saat me time di hari libur.
  2. Tidak beristirahat, makan, tidur dan memenuhi kebutuhan tubuh lainnya sesuai haknya masing-masing. Sehingga saat tubuh overlimir dan menuntut haknya, akan menyebabkan kegiatan lain menjadi terganggu. Jadi saya juga akan berpuasa untuk tidak melakukan hal lain selain aktivitas istirahat, makan dan tidur di jam-jam sesuai jamnya. Misalnya jam tidur saya adalah 23.00 – 02.00 wib. Maka pada jam itu, saya akan berpuasa untuk tidak melakukan aktivitas selain tidur. Juga saat istirahat makan pada jam 12.00 – 13.00, maka tidak boleh digunakan untuk hal lain, termasuk menyelesaikan pekerjaan. Termasuk di sini adalah olahraga. Untuk tubuh yang sehat, butuh olahraga yang cukup. Jadi, saya juga tidak boleh melakukan kegiatan selain excercise pada kandang waktu sport. (Termasuk renang yang dilakukan setiap sabtu).
  3. Posisi saya di ranah publik yang seringkali menjadi tenaga terpercaya untuk menunaikan suatu tugas, menyebabkan saya berlebihan beban kerja dan kerap mempunyai tugas yang bertumpuk. Ini sebenarnya di luar kendali saya untuk meminimalisirnya. Tapi, paling tidak saya harus mulai berlatih berpuasa tidak menerima pekerjaan di luar tugas dan tanggung jawab saya, jika jadwal saya hari itu belum selesai ditunaikan.

 

B. Memperbaiki komunikasi produktif terhadap pasangan dan anak saya.

Sejak bergabung dengan Ibu Profesional, sebenarnya komunikasi saya jauh lebih baik dari sebelumnya. Namun saya tetap merasa, harus terus memperbaiki kualitasnya. Jadi saya ingin berlatih menjadi pendengar yang baik untuk komunikasi ini. Maksudnya, saya akan berlatih menyediakan telinga saat suami dan anak ingin didengarkan dan berusaha menyesuaikan level komunikasi saya dengan mereka. Ada beberapa gangguan dalam komunikasi saya dengan suami dan anak-anak. Sebagian karena perbedaan level komunikasi akibat berbedanya PoC dan PDi antaranya dalam hal tidak men-judge dan Clear and Clarify. Sehingga dua hal ini yang bisa saya puasakan, agar menjadi makin baik.

  1. Tidak langsung men-judge pasangan dan anak, saat terjadi sesuatu yang tidak saya inginkan sehubungan tindakan mereka.
  2. Tidak berkomentar sebelum clear and clarify setiap kalimat atau komentar mereka.

 

C. Melatih cara mengekspresikan emosi dan atau merespon emosi orang lain dengan tidak merusak diri sendiri namun juga tidak melukai perasaan orang lain 

Meskipun beberapa di antara teman menganggap saya sudah cukup mampu memanaj hati, namun saya sendiri merasa masih ada yang perlu ditingkatkan lagi kualitasnya. Jadi, saya akan melatih manajemen emosi saat merespon kata-kata atau tindakan orang lain, yang memancing kemarahan saya. Caranya, Selama 30 hari saya akan melatih kiat-kiat berikut, jika merasa akan marah, yaitu : membaca ta’awudz, diam, mengubah posisi, mengambil wudhu dan mengingat imbalan akhirat jika mampu menahan amarah.

Namun, sepertinya manajemen emosi ini juga bisa diberlakukan dengan puasa. Artinya saya akan puasa untuk tidak langsung melampiaskan amarah, melainkan melakukan ke lima hal di atas tadi

Saya juga bisa berpuasa untuk tidak selalu ingin tahu pendapat orang lain tentang saya atau ingin tahu tentang pembicaraan yang mampir di telinga saya. Karena keingintahuan seperti ini bisa mengganggu konsentrasi saya menyelesaikan pekerjaan.

Jadi berdasarkan metoda kontemplasi dalam fase kepompong ini, Kita menggunakan 2 format, yaitu format pekanan untuk puasa dan format 30 hari untuk tantangan. Formatnya bisa dilihat di bawah ini ya.

Format Kontemplasi pekanan

Sumber : Format pemantauan Puasa Bunda Cekatan dimodifikasi menggunakan Canva

 

Format kontemplasi 30 Hari (Tantangan)

Sumber Gambar : Format Tantangan modifikasi sendiri menggunakan Canva

Akhirnya, saya benar-benar bersyukur berada di kelas Bunda Cekatan dan mengikuti tahapan pembelajarannya. Karena merasa lebih ringan hati dalam mengubah banyak kebiasaan buruk saya sekaligus melatih keterampilan yang ingin dimahirkan.

Yuk, Kita berpuasa dan berlatih memahirkan diri. Hingga saatnya tiba, kita akan menjelma kupu-kupu yang cantik dan indah penuh darma.

 

#sebuahcatatan
#menujukelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional

 

Referensi :

  1. https://www.kabarmakkah.com/2016/10/saudaraku-perbaikilah-jadwal-sholatmu.html
  2. https://rumaysho.com/19205-hadits-arbain-16-jangan-marah.html
  3. Mind Mapping pembelajaran di Kelas Bunda Cekatan

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply