No one knows what is in him till he tries, and many would never try if they were not forced to.
Kita tidak pernah tahu kepandaian apa yang kita miliki, sampai kita mencobanya. Dan kebanyakan orang tidak mau mencoba kecuali dipaksa.
~ Basil W. Maturin ~
https://www.azquotes.com
Yang tersadari saat pertama kali menjadi seorang ibu, tak ada yang bisa mengajari saya bagaimana menjadi ibu yang baik buat anak-anak saya. Bila untuk menjadi dokter, insinyur, bidan, perawat bahkan untuk menjadi yang mungkin nampak sederhana seperti petugas perpustakaan sekali pun, ada institusi yang memberikan pelatihan tentang skil yang harus dimiliki mereka. Tapi tidak dengan menjadi seorang ibu.
Sehingga akhirnya saya – dan mungkin ibu-ibu yang lainnya pun sama, hanya mempelajari dari melihat apa yang dilakukan para ibu pendahulu. Cara seperti ini tentu tidak salah walaupun tidak seratus persen benar juga. Tapi mau tidak mau harus diambil, sebelum menemukan panduan yang bisa membantu menyempurnakan skil-skil yang harus dimiliki untuk menjadi seorang ibu.
Beruntungnya mereka yang lahir dan tumbuh di zaman milenia, dengan segala kemudahannya mengakses informasi, seharusnya bisa lebih ‘keren’ lagi menjadi ibu yang diharapkan oleh kebanyakan anak.
Tapi, rupanya tidak semudah itu. Karena menjadi seorang ibu bukan menangani benda atau makhluk tak bernyawa yang bisa seenaknya dibentuk dan diperlakukan, melainkan mengasuh dan merawat jiwa-jiwa bebas yang memiliki sifat dan karakteristik masing-masing yang bisa jauh berbeda satu sama lain.
Namun, dari pengalaman selama mengasuh dua anak laki-laki (mungkin akan berbeda jika yang saya hadapi anak perempuan), ada beberapa keterampilan yang wajib dimiliki seorang ibu (baca : orang tua) di antaranya yaitu :
- Kemampuan berkomunikasi,
- Melatih kemandirian,
- Mengendalikan emosi,
- Kemampuanberliterasi,
- Kemampuan logika (matematika),
- Pendidikan untuk membentuk karakter dan
- Pendidikan seks.
Kemampuan-kemampuan yang disebutkan di atas, menurut pengalaman saya, wajib dimiliki seorang ibu (baca : orang tua), karena itulah skil dasar minimal yang harus dipunyai oleh setiap individu untuk bertahan hidup dalam zaman yang makin berkembang ini.
Ternyata, setelah mengikuti kelas matrikulasi dan bunda sayang di Institut Ibu Profesional, pendapat saya tadi tidak terlalu keliru, hanya kurang lengkap. Karena dalam materi yang diberikan di kelas bunda sayang, selain tujuh kemampuan menurut versi saya, ada lima skil lagi yang harus dimiliki dan dilatihkan oleh setiap ibu, yaitu :
- Kemampuan mengenali gaya belajar anak,
- Kemampuan untuk memahami bahwa setiap anak adalah bintang yang membawa keunikan masing-masing,
- Keterampilan mengelola uang,
- Skil untuk menggali kreativitas anak dan
- Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi untuk menguatkan keluarga.
Gambar : koleksi pribadi
Tapi, kemampuan wajib di dua versi ini berbeda dengan skill yang dijelaskan di salah satu artikel dalam web ayahbunda. Di sana dijabarkan sembilan skill yang wajib dimiliki seorang ibu, yaitu : skill-skill wajib yang dibutuhkan sebagai seorang
- dokter keluarga,
- koki eksekutif,
- direktur keuangan,
- ART,
- Guru prasekolah,
- Desainer interior,
- GA Manajer,
- supir pribadi dan
- Psikolog
Berdasar profesi yang dijalani sebagai seorang ibu, seperti butuh lebih dari 9 skill. Karena tiap profesi tadi, bisa jadi butuh 2 atau lebih jenis skill pendukungnya.
Gambar : fotosearch – ayahbunda.co.id
Tapi, sesungguhnya tidak jauh juga perbedaan skil-skil di beberapa versi ini. Karena semua didasarkan atas sudut pandang masing-masing yang tentu saja berbeda. Yang jelas memang ada keterampilan-keterampilan tertentu yang wajib bagi seorang ibu untuk menjadi ibu sejati.
Nah, kapan sebaiknya kemampuan-kemampuan ini dimiliki oleh seorang ibu?
Jika ingin mendapatkan hasil yang optimal bahkan maksimal, tentu saja skil atau keterampilan ini harus dipunyai jauh sebelum seorang perempuan menjadi ibu. Artinya sejak anak-anak sampai calon ibu, para wanita punya waktu untuk mempelajari, melatihkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini. Sehingga pada saatnya nanti, ketika anak sudah dilahirkan, dia bisa menjadi ibu paripurna. Atau bahasa kerennya ibu yang profesional.
Secara teori memang bisa dipahami seperti itu. Namun kenyataannya keahlian-keahlian tadi tidak mungkin bisa selesai dipelajari atau dilatihkan dalam beberapa waktu. Karena dalam menghadapi seorang calon manusia yang unik tidak ada kemampuan seragam melainkan harus disesuaikan dengan masing-masing karakter yang dimiliki anak-anak.
Jadi kesimpulannya, belajar dan melatih keahlian sebagai seorang ibu merupakan proses seumur hidup, yang hanya akan berakhir dan terhenti ketika jatah hidup seorang wanita berakhir.
Sumber gambar : koleksi pribadi dan www.ayahbunda.co.id
Referensi :
- Komunitas Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak, 2013, Gazza Media, Jakarta
- Tim Ayahbunda Rin/ERN, 9 Skill Wajib yang Harus Dimiliki Setiap Ibu, yang diakses dari www.ayahbunda.co.id pada tanggal 8 November 2018.
- Adhim, Mohammad Fauzil, 2015, Positive Parenting, Pro-U Media, Yogyakarta.
- Muliani, Hanlie M.Psi., Psikolog, 2016, How To Deal with Your Child, Kompas Gramedia, Jakarta.
- Prihatiningsih, Sri, S.KM., 1972 sampai sekarang, Pengalaman Pribadi dalam Mengasuh Anak – yang boleh jadi sama atau berbeda dengan pengalaman yang lain, Jakarta-Kendal-Majalengka.
No Responses