Allah SWT telah menciptakan setiap makhluknya dengan jelas
ada laki-laki dan juga perempuan.
Namun tidak ada yang di antara keduanya.
Hanya manusia sendiri lah yang sudah kehilangan akal
bila mengakui ada jenis lain di antara laki-laki dan perempuan.
~ Alifadha Pradana ~
Hari ini saya gagal lagi mengikuti diskusi sejak awal. Namun, itu terjadi bukan karena bosan dan malas. Melainkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukannya. Penyebabnya tidak lain akibat listrik mati sejak pukul 7 malam. Sehingga otomatis tidak ada internet yang mengakomodir aktivitas online. Akhirnya, terpaksa hanya menyimak saat diskusi hampir selesai dan memanjat chat. Tapi, sebenarnya tidak apa sih. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. ☺
Hari ini adalah diskusi hari ketiga, meskipun merupakan hari keempat dalam game tantangan level 11. Tema yang disampaikan oleh kelompok #3 yang beranggotakan 9 orang ini adalah “media dan perkembangan gender anak”. Yang lagi-lagi patut untuk mendapat acungan 2 jempol, dengan beragam media presentasi yang disajikan.
Gambar : Infografis Kelompok 3 ini One Bunsay koordinator.
Bay de wey, dari sajian presentasi kelompok #3 ini, ada beberapa poin yang menjadi catatan. Ada yang saya setujui seperti maraknya pemberitaan media tentang penyimpangan gender yang malah membuat banyak pihak bisa saja ikut-ikutan. Juga tentang beberapa film anak yang mengandung isu LGBT yang patut diwaspadai dan membutuhkan pendampingan orang tua dalam menyaksikannya, agar buah hati kita tidak terbawa arus global. Termasuk pentingnya pengenalan fitrah seksualitas sejak usia dini.
Namun, ada pula yang perlu diklarifikasi dan konfirmasi secepatnya, agar tidak menimbulkan kerancuan dalam menyikapi isu LGBT ini, yaitu mengenai menularnya LGBT. Saya setuju bahwa LGBT bisa menular. Tetapi, dari informasi yang saya miliki sebagai tenaga kesehatan, (yang bisa jadi belum memadai sebagai referensi), penularan ini adalah melalui perilaku. Dan bukan lewat darah, sentuhan, air liur atau bahan tubuh lainnya seperti pada penyakit Malaria, DBD atau Difteri yang akhir-akhir ini menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa wilayah.
Jadi, menurut pola penularan melalui perilaku ini, individu dengan LGBT menularkan kelainan dengan mengajak calon sasarannya dalam setiap aktivitas mereka secara intens. Sehingga lama kelamaan tanpa disadari, sasaran tersebut akan mengikuti polah dan aktivitas para LGBT. Memang perlu waktu agak lama untuk menularkannya. Sehingga, untuk memulihkan dan mengembalikan para korban penularan LGBT ini ke perilaku normal pun, butuh tempo yang sama.
Memang, benar-benar butuh kearifan dan interaksi berbagai pihak dalam menangani isu LGBT ini. Agar sikap kita yang keras (yang mungkin memang seharusnya), tidak malah membuat buah hati kita pro ke sana. Yang lebih penting harus benar-benar dikuasai adalah, komunikasi produktif bersama anak-anak kita. Sehingga pesan apa pun dari kita, bisa sampai dan diterima baik oleh mereka. Selebihnya, jangan pernah lupa melibatkan Allah SWT, untuk menjaga permata hati kita, dari setiap aktivitas LGBT yang sudah berada di tahap mengkhawatirkan ini. Semoga kita semua bisa selamat di dunia dan akhirat nanti. Aamiin…
Sumber Referensi :
1. Pengalaman kehidupan pribadi
2. Diskusi kelompok 3 kelas bunsay Level #11
3. https://youtu.be/T1GhIWxJges
4. https://youtu.be/WpfhU0hhWZ0
5. https://youtu.be/zvN8PC4iJKI
6. Beberapa browsingan bebas
7. Materi Kuliah Bunda Sayang IIP
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#LearningByTeaching
No Responses