Tidak terasa lima hari sudah saya menjalani hari-hari penuh syukur terhadap kehadiran dan perkembangan buah hati. Poin yang saya simpan dan akan diingat terus adalah dengan rasa syukur ini, pandangan saya terhadap Anak pun berubah menjadi semakin ikhlas menerima dia apa adanya. Sehingga otomatis akan merubah emosi saya terhadapnya. Bila ini terjadi, InshaaAllah orang tua semakin baik membuat anak pun kian baik juga.
Hari ini tidak banyak yang ingin saya ceritakan, hanya aktivitas Adha memasakkan makan malam untuk kami sekeluarga.
Berawal, dari pertanyaannya tentang lauk makan malam, karena kebetulan lauk yang tadi pagi dimasak sudah habis dan karena kondisi saya yang masih lemah untuk memasak, Saya mengusulkan untuk membeli lauk di luar. Tapi, qodarullah penjual yang biasa menjualnya, absen.
Saya : Ya udah, menurut mamas baik nya bikin apa buat makan malam?
Adha : Mamas bikin nasi goreng aja, ya?
Saya : Ya, silahkan. Buatkan ceplok telor untuk Bapak, ya?
Adha : Iya. Mama mau ga nasi gorengnya, biar Mas bikin agak banyak?
Saya : Tanya Bapak dulu, gih. Siapa tau, mau.
Adha : Bapak, mau nasi goreng, ga?
Bapak : Ya, mau. Tapi dikit aja. Berarti pake telornya dua, ya?
Adha : Bapak kan, udah Mas bikinin telor ceplok. Masa, ga dimakan?
Bapak : Ya, dimakan lah. Tapi ga pa-pa kan, kalo telornya banyak. kan, biar enak.
Dialog di atas berlangsung sambil Adha sibuk menyiapkan nasi goreng untuk kami. Ternyata dia sudah mengorak arik telur dan mencampurnya dengan nasi. Jadi agak kebingungan saat Bapaknya minta tambah telor.
Adha : Mama, gimana ini? Nasinya kan udah dimasukin. Nambah telornya gimana?
Saya : Ya, terserah Mamas, baiknya gimana.
Adha : Dicampur langsung aja, ya?
Saya : Boleh.
Bapak : Diorak arik terpisah aja, Mas.
Adha : Ya, Bapak telat ngomongnya. Mas udah campur langsung.
Saya : Ga pa-pa, Mas.
Akhirnya setelah nasi goreng matang, Adha menempatkannya di rantang plastik, lalu menawarkannya ke Bapaknya dan saya. Setelah Bapaknya ngambil, ternyata nasi gorengnya masih tersisa agak banyak.
Adha : Mama, nasi gorengnya dimakan ya, biar ga mubazir.
Saya : Iya, deh. Nanti ya.
Adha : Beneran lho, dimakan.
Saya : Iya, sayang…
Sumber : Pixabay.com
Akhirnya meskipun sudah membiasakan tidak makan lengkap setelah jam 18.00 wib, demi menyenangkan hati anak yang sudah bersedia memasakkan untuk kami, saya makan nasi goreng buatan Adha. Rasanya lumayan sedap, meskipun hanya bumbu m***k* dan kecap manis saja.
Alhamdulillah. Rasa syukur yang tak terhingga atas nikmat di petang ini.
#Fitrah-Home based Education
#Training.Calon.Fasil.MIIP#7
#Ibu.Mendidik.dengan.Nurani
Referensi :
- Materi dan diskusi dalam training calon fasilitator Matrikulasi batch #7 IIP
- Santosa, Harry, Fitrah Based Email – Sebuah Model Pendidikan Peradaban bagi Generasi Peradaban menuju Peran Peradaban, Yayasan Cahaya Mutiara Timur, Depok, 2017
- Pengamatan terhadap Fitrah anak sehari-hari
No Responses