Hari ini jadwal bounding keluarga kami. Rencana awal adalah membeli sepatu futsal, bola boliter (benar seperti ini ya, menulisnya?) dan parfum untuk Adha. Serta nonton film Keluarga Cemara. Karena di kota kecil kami memang tidak banyak mall yang qualified untuk belanja barang sesuai keinginan Adha, plus tidak ada bioskop juga di sini, jadilah kami sekeluarga menyambangi kota tetangga Cirebon.
Perjalanan berjalan lancar. Dan tidak seperti biasanya jika menempuh perjalanan Majalengka – Cirebon, kali ini Adha terlihat sabar dan tidak ribut meminta banyak bekal camilan untuk di perjalanan. Meskipun, saat kami sempat berhenti di A***m*** untuk membeli obat magh dan roti pengganjal perut saya yang kambuh penyakit maghnya.
Saya : Mas, Mama cuma bawa 25 ribu aja buat beli obat, roti dan minuman. Jadi, Mamas beli makanannya di tempat tujuan kita aja ya?
Adha : “Memangnya ga cukup gitu buat beli snack ini?” tanyanya sambil menunjukkan sebungkus snack favoritnya.
Saya : “Coba saja Mamas hitung sendiri, ya. Kalo cukup, silahkan ambil. Kalo ngga, ya Mamas bisa minta uangnya ke bapak.” Saya mencoba menawarkan pilihan.
Tapi akhirnya anak semata wayang itu hanya melihat barang belanjaan kami dan mungkin menghitungnya dalam hati kemudian mengembalikan snack yang tadi sudah diambilnya.
Adha : “Ya udah, nanti aja belinya di sana.”
Tapi ternyata, setelah kami menyelesaikan tujuan bounding hari ini, Adha tidak juga menagih membeli snack yang diinginkannya tadi. Saya hanya bisa mengucap syukur dalam hati. Alhamdulillah.
Mungkin buat keluarga lain, sikap seperti ini, sepele. Tetapi buat putra kami tercinta, yang terbiasa “belanja bekal” setiap ke Cirebon, ketidakrewelannya, cukup melegakan. Karena artinya dia sudah bisa menahan diri menuntut pemenuhan keinginannya.
Akhirnya, menurut saya, semakin banyak hal-hal yang meskipun kecil dan sederhana, yang bisa kita amati dan syukuri dari dalam diri anak-anak kita, akan semakin memperbesar peluang mereka menjadi anak baik sesuai keinginan kita. Dan itu bukan lagi kemungkinan, melainkan keniscayaan.
Ini rasa syukurku kali ini. Dan semoga Allah pun meridhoi.
#Fitrah-Home based Education
#Training.Calon.Fasil.MIIP#7
#Ibu.Mendidik.dengan.Nurani
Referensi :
- Materi dan diskusi dalam training calon fasilitator Matrikulasi batch #7 IIP
- Santosa, Harry, Fitrah Based Email – Sebuah Model Pendidikan Peradaban bagi Generasi Peradaban menuju Peran Peradaban, Yayasan Cahaya Mutiara Timur, Depok, 2017
- Pengamatan terhadap Fitrah anak sehari-hari
No Responses