Tak ada rumah tangga yang mulus tanpa pertengkaran. Se-klop bagaimana pun sepasang suami istri, tetap ada masanya ketidaksepahaman terjadi. Itu adalah sebuah keniscayaan yang pasti akan dihadapi sebagai riak samudera rumah tangga.
Ketika hal seperti ini terjadi, apa yang harus dilakukan oleh suami atau istri atau bersama-sama suami dan istri?
Jangan Mencari yang Benar dan yang Salah
Ketika suami istri tidak sepaham tentang sesuatu, bukan berarti istri salah dan suami benar atau sebaliknya. Ketidaksepahaman terjadi karena perbedaan pola pikir, latar belakang pendidikan dan pengalaman yang memperkaya masing-masing pribadi suami dan istri.
Perbedaan seperti ini normal sekali terjadi pada setiap hubungan, termasuk dalam ikatan perkawinan. Karena pernikahan memang bukan untuk meleburkan dua jiwa yang berbeda melainkan mencari poin-poin yang bisa menjembatani perbedaan tadi.
Sehingga ketika terjadi perbedaan pendapat antara suami dan istri, jangan mencari pembenaran atau saling menyalahkan, sebab keduanya memang benar, sesuai latar belakang yang membentuk karakter masing-masing.
Jangan mencari yang benar dan yang salah dalam perselisihan suami istri. Sebab keduanya boleh jadi benar sesuai argumentasi masing-masing.
Jangan Meninggikan Suara antara Satu dengan yang Lainnya
Ketika terjadi ketidaksepahaman, memang mungkin sekali akan memicu emosi. Sehingga perbedaan yang sepele bisa jadi penyebab pertengkaran yang hebat jika masing-masing tidak bisa mengendalikan emosi.
Jika intonasi suara tinggi memang sudah menjadi kebiasaan, mungkin bisa berbeda. Sebab ada budaya tertentu yang memang memiliki karakter suara keras tinggi ketika berbicara.
Namun, ketika suara keras ini dibarengi dengan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan, tentu akan menimbulkan perbedaan juga.
Jadi, ketika terjadi ketidaksepahaman atau perbedaan pendapat, wajib hukumnya untuk mengendalikan emosi masing-masing agar tidak membuat penyesalan yang tidak perlu.
Ketika Diam Benar-Benar Bernilai Emas Mulia
Ketika terjadi perbedaan pendapat atau ketidaksepahaman antara suami dan istri inilah, masing-masing perlu memahami bahwa Diam pada kondisi ini senilai emas mulia.
Namun, Diam di sini bukan berarti mendiamkan, melainkan Diam untuk menarik napas panjang, beredakan emosi yang mungkin sudah mulai menyesakkan dada.
Diam untuk mengambil jarak, agar menghindari aktivitas fisik yang akan menimbulkan penyesalan nantinya.
Termasuk diam untuk mengatur ucapan dan kata-kata. Supaya yang keluar nantinya bukan cercaan yang akan merusak ikatan pernikahan yang ada.
Membuat Kesepakatan tentang Gencatan Senjata
Ketika merencanakan pernikahan, memang ada baiknya membuat kesepakatan untuk mengantispasi banyak hal yang mungkin terjadi dalam perkawinan. Tetapi, sayangnya kebanyakan pernikahan tidak melakukan persiapan seperti ini.
Namun, kita tetap bisa melakukannya setelah pernikahan berjalan beberapa lama. Tidak ada kata terlambat untuk memulai perbaikan.
Untungnya, ketika melakukan kesepakatan ini setelah pernikahan terjadi, kita punya dasar yang bisa menjadi alasan, kapan memberlakukan kesepakatan tadi.
Lagi dan Lagi
Lagi dan Lagi di sini adalah tentang melakukan upaya untuk mengantispasi perbedaan pendapat dan ketidaksepahaman, yang mungkin saja berulang. Sehingga ketika terjadi lagi, masing-masing suami dan istri akan melakukan lagi tindakan berdiam diri atau Gencatan Senjata yang sudah disepakati.
Lagi dan Lagi yang berulang untuk terus belajar saling memahami dan mengingatkan. Agar ikatan pernikahan tetap kuat dan semakin menguat seiring waktu. Meskipun banyak riak bahkan gelombang kehidupan menerpa.
Lagi dan lagi untuk terus melakukan hal yang sama ketika sesuatu yang tidak dinginkan terjadi. Sehingga baik perbedaan pendapat atau ketidaksepahaman seperti apapun juga, tidak akan menghancurkan ikatan pernikahan.
Ketika terjadi ketidaksepahaman atau perbedaan pendapat antara suami dan istri, saat itulah untuk waktu yang tepat bahwa diam bisa berarti emas. Jadi, mari temukan emas serupa dalam setiap tahapan perjalanan pernikahan yang ada.
Tags:
No Responses