Materi kedua dalam mindfulness journey adalah belajar mengingat kembali perjalanan hidup kita, yang menyenangkan dan menyedihkan, termasuk yang menyebabkan luka batin. Kita akan berusaha mengurai penyebab luka batin tersebut dan berlatih untuk menyembuhkannya.
Kebanyakan kesedihan yang kita alami, berasal dari lintasan pikiran negatif kita terhadap kejadian yang dialami. Sehingga membuat kita bersikap negatif pula dalam meresponnya. Padahal, belum tentu lintasan pikiran tersebut memang sesuai dengan kejadian yang sedang dialami. Jika proses ini berlanjut terus, akan membuat kita berpikir negatif pula kepada setiap orang yang terlibat dalam kejadian yang dialami.
Perjalanan hidup saya yang tidak mudah, mengajarkan bahwa saya sendiri yang menentukan untuk bersikap terhadap kejadian apa pun yang menimpa. Apakah akan bersedih, atau bahagia menerimanya.
Meskipun kejadiannya menyedihkan, saya tetap bisa bahagia menjalaninya. Yaitu, dengan mensyukurinya sebagai bagian dari pembelajaran kesabaran atau untuk menunjukkan kepada saya karakter seseorang yang menjadi pelakunya.
Dari banyak pembelajaran serupa, saya menjadi terbiasa untuk mengedepankan positif thinking. Artinya saya selalu berusaha melihat sisi positif dari setiap kejadian yang dialami. Namun, adakalanya saya gagal juga. Artinya terkadang saya begitu dikuasai luka hati. Sehingga lintasan pikiran yang muncul terhadap peristiwa atau pun seseorang yang menjadi lakonnya, biasanya negatif juga. Termasuk kali ini.
Membuat Daftar Lintasan Pikiran
Baru-baru ini saya mengalami peristiwa yang teramat menyakitkan hati. Dibanding peristiwa lain yang juga menyakitkan, kejadian kali ini merupakan yang terberat yang harus dijalani. Kejadian yang menimbulkan luka hati terdalam, sepanjang perjalanan hidup saya. Sebab, membuat emosi saya terjun bebas hingga tidak terkendali. Jadi, sebenarnya bisa dimaklumi, jika saya masih belum bisa move on dan memaafkan pelakunya. Apalagi untuk mengambil hikmah.
Setelah pekan kemarin berhasil mencari penyebab utama dari luka hati ini melalui deteksi respon eror, saya mulai bisa mengelola respon eror yang masih muncul akibat kejadian tersebut. Namun, mungkin karena lukanya teramat dalam, efeknya masih membuat saya berpikiran negatif terhadap semua hal yang terkait kejadian tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh pemateri kedua–Mba Prita Annisa Utami–salah satu cara untuk beranjak dari kondisi menyedihkan ini, adalah dengan membuat daftar lintasan pikiran. Jadi, saya bisa berlatih membuat daftar lintasan pikiran, baik yang negatif maupun positif yang muncul, ketika menghadapi kejadian. Kemudian berusaha mengafirmasi lintasan pikiran yang positif tersebut sehingga akan bersikap sesuai lintasan pikiran yang positif.
Inilah daftar lintasan pikiran yang coba saya susun dalam upaya saya menyembuhkan diri dari luka hati paling menyakitkan sepanjang perjalanan hidup saya.
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Memilah Lintasan Pikiran
Dari lintasan pikiran yang diurai dalam daftar di atas, saya mengecek, mana yang lebih sering muncul dan mendominasi pikiran saya. Kemudian menuangkannya dalam lembar refleksi di bawah ini.
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Jika biasanya lintasan pikiran postif yang muncul ketika menyikapi sebuah kejadian, tidak demikian yang terjadi kali ini. Kali ini, lintasan pikiran negatif yang kerap mendominasi. Terutama terhadap kejadian yang ada hubungannya dengan luka hati yang saya alami. Untuk kejadian lainnya, alhamdulillah tetap dalam mode saya yang biasa.
Dengan dominannya lintasan pikiran negatif terhadap kejadian yang berhubungan dengan luka hati tersebut, artinya saya memang belum bisa move on. Sepertinya masih butuh lebih banyak waktu lagi untuk terus berlatih memperbaiki respon eror serta menghadirkan pikiran positif dalam hati. Sehingga pada akhirnya bisa menguatkan diri untuk beranjak dan sembuh dari luka hati tersebut.
Catatan Pembelajaran
Menyebalkan memang mengamati proses diri yang berjalan lambat seperti ini. Namun, mungkin inilah hikmahnya. Supaya saya bisa lebih paham dan makin mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Tahu, sifat-baik yang bisa dipertahankan. Tentang sifat-sifat kurang baik yang harus diminimalisir. Memahami kondisi seperti apa yang bisa membuat pertahanan diri saya hancur, sekaligus menemukan solusi yang membuatnya lebih cepat bangkit lagi.
Kehidupan memang sebuah proses pembelajaran terpanjang yang dijalani manusia, tetapi, hasilnya sepadan. Karena jika kita mampu menemukan poinnya, akan membuat kita bertumbuh menjadi lebih baik dari masa ke masa.
Tags:
No Responses