Anak antara Amanah dan Kepemilikan

Anak antara Amanah dan Kepemilikan

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

 

Refleksi

 

 

Kisah lebih dari dua puluh tahun lalu, ketika aku melahirkan anak pertama, seorang putera yang tampan dan menggemaskan. Memang dia tidak lahir pada waktu yang sempurna, karena usia kandunganku saat itu belum genap sembilan bulan. Sehingga Alif (nama yang diberikan ayahnya untuk putera tercinta kami) memiliki berat lahir hanya 2,6 kg, bukan berat ideal untuk ukuran bayi yang sehat.

 

Dan karena memang belum saatnya lahir, sehingga air susuku pun tak bisa keluar. Menyedihkan memang, melihat bayi merah itu diberi susu formula melalui sendok kecil dan bukan ASI pula yang menjadi makanan pertamanya.

 

Namun, syukurlah. Kendala saat awal kelahirannya tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Bayi kami tumbuh menjadi anak laki-laki yang sehat dan membanggakan.

 

 

Menjadi Orang Tua

 

Sebagai seorang ibu yang sebenarnya tidak muda lagi (aku menikah ketika usia mencapai penghujung dua puluhan), saat itu aku berpikir bahwa seorang anak merupakan hak milik yang diberikan Allah kepada kami sebagai orang tua, walaupun dibarengi dengan tugas untuk merawat, mengasuh dan mendidiknya agar menjadi anak sholeh dan memberi manfaat untuk umat. Mungkin seperti itu pula anggapan orang tua baru lainnya.

 

Seiring waktu berlalu, puteraku tumbuh besar. Dan tidak lama berselang, lahir pula anak kami yang kedua, juga laki-laki. Tentu saja timbunan kebahagian melingkupi kami berdua, karena Allah memudahkan kami mendapatkan keturunan yang mungkin tidak dimiliki pasangan lain. Begitu lah, keluarga kami semakin lengkap dengan kehadiran dua putera tercinta.

 

 

Ujian Kepemilikan

 

Kebanyakan orang tua — tidak terkecuali kami tadinya — menganggap anak-anak adalah milik orang tuanya. Ternyata pemahaman kami harus direvisi. Sebab, ada kejadian yang meluluhlantakkan semua energi ini dan langsung menghapus anggapan tentang kepemilikan seorang anak.

 

Hari itu sebenarnya tak berbeda dengan hari lainnya. Kami jalani dengan rutinitas yang membahagiakan seperti biasa. Sungguh tak pernah mengira bahwa hari itu akan menjadi hari paling berat untuk dilalui sebagai orang tua.

 

Ya, hari itulah saat Putera pertama kami meninggal karena tenggelam ketika hari juga belum menutupkan layar cerahnya. Orang tua mana yang tidak shock menerima berita seperti ini. Begitu pula dengan kami.

 

Tetapi begitulah. Kita memang tidak punya pilihan akan takdir yang sedang berlaku. Mau tidak mau, terasa berat maupun ringan, tetap saja kenyataan bahwa anak pertama kami telah pergi, tidak akan berubah. Walaupun ingin rasanya kami menukarnya dengan apa pun juga.

 

 

Sebuah Pemahaman

 

Namun, kejadian itu pula lah yang menyadarkan kami, bahwa anak sebenarnya adalah amanah. Sementara hak kepemilikan, tetap ada pada Sang Maha Pembuatnya. Peristiwa itu juga yang kemudian merubah cara pandang kami, terhadap semua yang kami miliki. Memang menyakitkan, mendapat pemahaman dari kejadian yang menyedihkan. Tapi pasti akan lebih mengenaskan bila tak ada pelajaran apa pun yang bisa diambil.

 

Melalui keadaan itu, membuat kami benar-benar memahami, bahwa semua sebenarnya hanya penerima amanah, pengemban tugas. Apa pun yang dimiliki, sejatinya bukan kami pemilik sebenarnya. Begitu juga dengan anak kedua kami.

 

Tugas kami hanya merawat, mengasuh dan mendidiknya sesuai ajaran yang kami percayai, dengan cinta kasih yang kami miliki. Sementara, hasil akhirnya akan menjadi seperti apa, tetap merupakan hak Allah SWT sebagai penentunya.

 

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu.

Mereka adalah putra dan putri kehidupan untuk dirinya sendiri.

Mereka datang melalui engkau tapi bukan dari engkau,

Dan meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukanlah milikmu

 

(Kahlil Gibran)

 

 

Jadi begitu lah, semoga pengalaman kami bisa memberikan pemahaman yang sama untuk yang membacanya. Dan semoga bisa menebarkan kebaikan untuk selalu menganggap “sebuah amanah” atas segala yang kita punya. Hanya kepada Allah jua tempat kembali semuanya…

 

Ini, pengalaman kami. Semoga pengalaman sahabat tidak semenyedihkan ini. Dan semoga kita semua orang tua diberi kekuatan dan kesabatan untuk menerima apapun takdir yang Allah SWT tentukan untuk anak-anak kita

 

 

 

Tags:

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply