You can change your world by changing your words.
Remember, death and life are in the power of the tongue.
∼Joel Osteen – BrainyQuote∼
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Banyak masalah yang kita hadapi sehari-hari, sebenarnya berawal akibat kesalahan komunikasi. Bayangkan saja sejenak, pertengkaran dengan pasangan, kemarahan pada anak, juga keributan sesama teman di kantor. Biasanya dimulai dengan perbedaan pendapat.
Tidak percaya? atau tidak merasa melakukannya?
Coba, deh, sekali-sekali berdiri sebagai pengamat, terhadap interaksi antar anggota keluarga. Khususnya anak-anak yang kerap sekali bertengkar, meskipun tidak lama. Kemungkinan besar, bunda akan menemukan, kebenaran kalimat pembuka jurnal ini.
Karena, itu pula yang saya rasakan selama ini, sehingga saya menjadikan komunikasi produktif sebagai salah satu keterampilan yang akan saya latih dalam mind map di kelas Bunda Cekatan Batch #1. Yang akhirnya menjadi satu dari 3 keahlian yang menjadi tantangan saya. Sehingga, ketika ada tantangan lagi tentang topik yang sama sebagai challenge untuk mendaftar WI Bunda Sayang, saya hanya tinggal merekap hasil tantangan komunikasi produktif selama 5 hari terakhir, yang bisa menjadi sumber masalah dalam keluarga.
Sebenarnya, saya ingin mendaftar untuk beberapa level tahapan yang menjadi challenge. Tapi karena dengan waktu terbatas, saya hanya bisa melakukan 2 macam tantangan saja. Dan komunikasi produktif adalah salah satunya. Itu pun, karena tantangan untuk komunikasi produktif ini, sudah saya lakukan sebelum challange WI Bunda Sayang digulirkan.
Jadi, yuk ikuti bahasan saya tentang tantangan komunikasi produktif. Yang saya sampaikan dalam bentuk komik. Karena susah sekali untuk mendapatkan dokumentasi real dari interaksi keluarga kami yang berlangsung secara normal. Sehingga saya menggunakan dokumentasi yang tersedia di galeri. Namun, jangan khawatir, semua situasi dan pembiacaraan yang ada di dalamnya real dan benar-benar terjadi.
Let’s read…
1.Katakan apa yang kita inginkan
Terkadang, begitu sulit mengatakan yang kita inginkan kepada orang lain. Bisa jadi takut tidak dikabulkan, tidak dipatuhi atau tidak-tidak lainnya. Padahal ketika kita berusaha bersiap menerima apa pun hasilnya, bisa jadi bukan kata-kata tidak yang menjadi jawabannya.
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Sederhana, ya? Saya hanya ingin libur sehari saja untuk memasak. Meskipun memang sudah rutinitas saya setiap pagi, memasak untuk keluarga, namun selama pandemi Covid-19 ini, bisa dibilang tak ada hari tanpa memasak. Karena memang lebih aman memasak sendiri ketimbang membeli di luar.
Jadi, bisa dibayangkan, ya? Saya agak jenuh memasak. Jika di hari-hari lalu bisa dengan mudah mengalihkan menu hari itu dengan membeli di warung terdekat. Tapi, untuk kali ini saya ingin tetap memastikan keluarga menikmati masakan rumah, meskipun bukan oleh saya. Solusinya ya, mengajukan pasangan dan anak untuk memasak.
Dan, berhasil. Meskipun tidak pada hari yang sama. Wajarlah. Biar bagaimana pun pasangan dan putra kesayangan, tidak terbiasa memasak. Jadi butuh persiapan lebih dibanding kita.
Jadi, jangan sungkan menyampaikan keinginan ya. Apalagi yang masuk akal. Siapa tahu, mendapatkan hasil melebihi harapan. Eh…
2. Menyamakan Persepsi
Salah satu kesalahan komunikasi yang sering kita lakukan adalah menganggap orang yang kita ajak bicara sama pendapat dan pikirannya dengan kita. Padahal, belum tentu, kan? Jangankan anak, dengan pasangan yang seumuran pun tidak akan sama. Karena pola komunikasi masing-masing kita terbentuk dari pengalaman dan nilai yang kita pegang.
Nah, di kasus ini, saya menemukan sedikit tantangan dalam diri anak saya terkait matematika. Saya mengamati bahwa dia tidak terlalu suka dengan matematika. Karena saya merasa matematika termasuk pengetahuan dasar yang harus dimiliki setiap orang, saya ingin kesayangan saya itu pun, juga memilikinya. Dan saya merasa bisa memberi solusi, supaya paling tidak, imagenya tentang matematika sedikit berubah.
Jadi, bagaimana supaya dia pun merasakan bahwa matematika itu penting dan mengakui bahwa dia butuh bantuan untuk mempelajarinya dengan cara berbeda, itulah yang menjadi tema tantangan komunikasi produktif hari ini.
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Akhirnya, kami – Saya dan Adha berhasil membuay kesepakatan. Artinya kesimpulan Saya tentang Adha sama dengan kesimpulan Adha sendiri terkait matematika. Itulah sebabnya kami mencapai kata sepakat untuk membuat sesi pembelajaran matematika ala keluarga.
3. Kamu Menang Saya pun Menang
Ini merupakan satu solusi yang pasti tidak akan pernah ditolak siapa pun. Kamu untung, saya pun untung. Kamu bahagia, saya juga bahagia, tentunya.
Tantangan kali ini, merupakan sambungan dari tantangan komunikasi produktif yang pertama. Waktu itu saya menyampaikan keinginan untuk libur satu hari dari rutinitas memasak. Dan meskipun tidak di hari yang sama, permintaan tersebut dipenuhi hari ini.
Jadi, win win solution nya adalah, Suami dan Anak bebas belajar dan bereksperimen memasak, sementara saya pun bahagia bisa beristirahat sejenak dan melakukan aktivitas yang saya senangi – meskipun bukan berarti saya tidak suka memasak. Saya suka memasak. Ini menjadi passion by exploration Saya berikutnya. Tapi, boleh dong, kalo sekali-sekali libur…
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
4. Biarkan Anak yang Memilih
Ini salah satu kunci keberhasilan berkomunikasi dengan anak. Berikan pilihan, biarkan mereka yang memilih.dan kita yang mengikuti pilihan mereka. Toh, apa pun yang mereka pilih, hasil akhirnya, mereka tetap melakukan apa yang kita sarankan.
Betul, Kan?
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
5. Jangan Berasumsi dan Menyalahkan
Berasumsi merupakan kesalahan yang kerap dilakukan juga dalam komunikasi. Padahal, kita bukan paranormal yang bisa membaca pikiran orang lain, kan? Tapi kenapa, tanpa bertanya lagi, kita langsung memutuskan bahwa orang lain melakukan apa yang kita pikirkan.
Akibatnya bisa fatal, lho. Dalam kasus saya, menyebabkan kejang dingin. Hanya karena saya berasumsi suami menyediakan air mandi dengan kadar panas yang lebih rendah dari yang biasa Saya gunakan dan menyalahkan beliau serta menganggapnya tidak perhatian. Padahal, air mandi yang Saya pakai, sebenarnya akan digunakan suami, yang tentu saja kadar panasnya berbeda dengan Saya.
Jadi, begitulah. Sudah salah menggunakan air mandi punya suami tanpa klarifikasinya, tambah lagi menyalahkan beliau. Komplit deh kesalahan komunikasi Saya kali ini.
Jangan dicontoh, ya…
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi
Itulah 5 hari tantangan yang saya ambil dari tantangan komunikasi produktif yang saya lakukan untuk kelas Bunda Cekatan Batch #1.
Menjadi pelajaran yang sangat berharga bisa memahami kesalahan-kesalahan yang kerap saya lakukan, sehingga menjadi pengingat supaya tidak mengulanginya lagi.
Kesalahan dan tip-tip terkait komunikasi produktif ini, bisa dijadikan pelajaran juga buat bunda-bunda tersayang, para pembelajar tanpa batas, yang terus berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.
Tetap semangat ya, Bun. Generasi hebat, menjadi bukti kehebatan Bunda.
#tantangankomunikasiproduktif
#belajardaripengalaman
#institutibuprofesional
#smartsolution
Referensi :
- Materi dan camilan komunikasi produktif kelas bunda sayang IIP
- Pengalaman pribadi
- Quote dari https://www.brainyquote.com/topics/communication-quotes
No Responses