#4 Journeys Mensyukuri Buah Hati

#4 Journeys Mensyukuri Buah Hati

Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami,

istri-istri dan keturunan sebagai penyenang hati (kami).

QS : Al-Furqan : 25 : 74

 

 

Hari ini berlalu seperti biasa. Aktivitas saya, Adha dan suami sama seperti weekdays lainnya. Berangkat bersama dari rumah setengah tujuh pagi. Lalu menurunkan Adha di belakang sekolahnya. Kemudian mengantar saya sampai depan kantor. Setelah itu, suami tercinta kembali ke arah kantornya sendiri.

Begitu juga yang terjadi saat sore dan malamnya. Aktivitas harian kami setelah sholat Maghrib, biasanya mengaji Al-Qur’an bersama. Mungkin karena terbiasa, sampai saya terlupa mensyukuri momen ini.

Saya dan suami, Alhamdulillah lancar membaca Al-Qur’an meskipun tidak khusus sekolah agama untuk itu. Mungkin, dulu orang tua kami merasa cukup dengan mengikutkan kami di guru-guru ngaji dekat rumah. Tapi, apa pun itu, bersyukur sekali kami tidak buta sama sekali dengan Al-Qur’an.

Setelah berkeluarga dan punya anak, saya dan suami sepakat untuk menyekolahkan anak di Sekolah Terpadu dengan konsep pendidikan Islam. Sehingga sejak SD sampai sekarang di SMP, Adha selalu sekolah di Pendidikan berbasis Islami.

Rasa syukur kami atas pendidikan ini, Adha lebih intens belajar Al-Qur’an dan ilmu Islam ketimbang kami. Dan itu dapat dilihat melalui perkembangannya dari hari ke hari. Dan itu, benar-benar membahagiakan.

Kali ini, rasa syukur atas aktivitas yang sering luput dari perhatian kami, khususnya saya, Adha selalu mengingatkan kami (orang tuanya) jika keliru membaca ayat-ayat Qur’an (keliru tajwid dan tahsinnya). Dia juga sering membahas bacaan Imam yang keliru, saat sholat berjamaah. Dia selalu mengingatkan, bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah, yang harus dibaca dengan benar. Karena kalau salah membaca, pasti akan salah juga maknanya.

Untuk kami berdua, memang selalu menerima kebenaran perkataannya. Namun tidak demikian terhadap Imam dalam sholat berjamaah kami. Biar bagaimana pun, mengingatkan orang tetap harus dengan adab. Dan itu, sepertinya tidak relevan dilakukan Adha. Biar saja menjadi tugas Ayahnya untuk mengingatkan.

Jadi, untuk kesekian kalinya, Saya bersyukur, memiliki Adha sebagai anak. Semoga dia tetap pada fitrahnya yang mengingatkan kebenaran. Dan semoga bisa menjadi penguat dan penyenang hati kami seterusnya. Aamiin…

 

#Fitrah-Home based Education
#Training.Calon.Fasil.MIIP#7
#Ibu.Mendidik.dengan.Nurani

 

Referensi :

  • Materi dan diskusi dalam training calon fasilitator Matrikulasi batch #7 IIP
  • Santosa, Harry, Fitrah Based Email – Sebuah Model Pendidikan Peradaban bagi Generasi Peradaban menuju Peran Peradaban, Yayasan Cahaya Mutiara Timur, Depok, 2017
  • Pengamatan terhadap Fitrah anak sehari-hari

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply